Pertama, dipercepat. Mengapa Mendagri menyebutnya sebagai percepatan padahal sebenarnya tidak demikian. KPU hanya memberikan batasan tahapan yakni sampai 16 September. Artinya jika dilantik sebelum tanggal itu, justru lebih bagus, sepanjang memang tidak ada lagi sengketa.
Dengan menyebut "dipercepat" muncul kesan Presiden Jokowi buru-buru karena memiliki agenda terselubung. Mau tidak mau, dikaitkan dengan dukungan para gubernur terpilih terhadap Jokowi.Â
Seperti diketahui, Ridwan Kamil dan Gubernur Jawa Timur terpilih Khofifah Indar Parawansa, yang juga ikut dilantik hari ini, sudah terang-terangan menyatakan mendukung Jokowi di Pilpres 2019.
Kedua, menjegal langkah Asyik menggugat kemenangan Rindu. Drama semakin seru karena faktanya pemerintah Jabar juga meminta agar pelantikan Rindu diikutkan pada tahap kedua, yakni antara tanggal 17-27 September, namun ditolak.
Ada apa? Benarkah Jokowi panik? Tentu terlalu mengada-ada jika sampai ada yang berpikiran demikian dengan alas argumen seperti sudah dibeberkan di atas. Tetapi dalam frame politik, dan ini memang ranahnya, tidaklah salah mereka yang menduga ada yang tengah dikejar oleh Jokowi. Apalagi jika bukan terkait Pilpres 2019.
Tentu kita pun menyayangkan langkah Asyik yang belum juga mau legowo. Tetapi kita pun mempertanyakan, mengapa Jokowi dan jajaran justru gemar membuat kontroversi? Tidak cukupkah segala macam karut-marut selama ini sehingga publik masih disuguhi drama yang sebenarnya bisa dihindari?
Salam @yb
Tonton juga ulasannya di sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H