Hal ini sekaligus mematahkan argumen Rofiq jika posisi tersebut hanya formalitas. Sebab jika mengikuti alur pikir Rofiq, Jokowi tinggal tunjuk nama saat penyerahan TKN ke KPU beberapa waktu lalu, tidak perlu menunggu sampai Asian Games selesai.
Jika kondisinya normal dan tidak ada intervensi, ketua TKN Jokowi-Ma'ruf tetap tokoh senior, memiliki modal politik yang cukup- meski tidak harus berasal dari partai politik, dan akrab, minimal memahami, kelompok milenial. Levelnya pun tidak jauh dari JK dan Mahfud.
Siapa saja tokoh dengan kriteria tersebut? Ada Jimly Asshiddiqie, M. Zainul Majdi atau TGB, Din Syamsuddin dan Gatot Nurmantyo. Meski jika Jokowi mengambil nama terakhir bisa menjadi blunder seperti pernah diuraikan di sini.
Jika pertimbangannya militer, mengingat Jokowi-Ma'ruf sama-sama sipil, sebenarnya nama Moeldoko- Kepala Kantor Staf Presiden yang juga mantan Panglima TNI sebagaimana Gatot Nurmantyo, lebih tepat. Sayangnya Moeldoko sudah ditunjuk sebagai Wakil Ketua TKN, meski bisa saja kelak akan ada perubahan.
Nama Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan dan Menko Polhukam Wiranto juga layak diperhitungkan. Jika pilihannya tinggal dua nama ini, maka Wiranto dipastikan tereliminasi dengan pertimbangan dirinya pernah dua kali gagal mengikuti kontestasi pilpres, baik sebagai capres maupun cawapres.
Bagaimana jika Jokowi ingin ketua TKN-nya menjungkirbalikkan opini sekaligus membuat keterkejutan publik? Nama mantan Ketua KPK Abraham Samad berada di urutan pertama, disusul Ketua Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak. @yb
Baca juga : Najwa Jadi Menteri? Blunder Besar JokowiÂ
Tonton juga : YouTube  Â