SBY mengulang pernyataan jika dirinya tidak pernah menjadikan AHY sebagai alat tawar koalisi ketika berkunjung ke kediaman Prabowo. Bahkan Prabowo ikut menggarisbawahi dengan mengatakan SBY menyerahkan sepenuhnya soal cawapres kepada dirinya. Saat itu SBY mengesankan Demokrat mendukung pencapresan Prabowo tanpa reserve, tanpa muatan apapun. Â
Tetapi publik tidaklah menganggapnya demikian. Kegusaran PKS pasca Demokrat masuk koalisi menengarai adanya perubahan sikap Prabowo terhadap PKS. Prabowo enggan mengambil kader PKS meski sebelumnya sudah ada kontrak politik dan diperkuat dengan hasil itjima GNPF Ulama.Â
Padahal nama Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al-Jufri menjadi pilihan tak terelakkan setelah Ustad Abdul Somad kekeuh menolak di-cawapres-kan meski di-endorse PAN dan dibujuk banyak pihak termasuk pengasuh ponpes Az-Zikra KH M. Arifin Ilham.
Kedatangan SBY ke rumah Prabowo tanpa AHY lalu muncul penegasan dirinya tidak mematok cawapres, dianggap sebagai kamuflase belaka dalam rangka memperkuat bantahan terhadap tudingan Rommy. Gestur tubuh SBY lebih "jujur". Keyakinan  adanya "kesepakatan di bawah meja" sulit ditepis.
Kini ketika Andi Arief dan mungkin elit Demokrat lainnya begitu marah mendengar Prabowo memilih Sandiaga Uno, bukan AHY, publik pun tersentak. Namun bukan karena akhirnya mendapat "pembenaran" terhadap dugaan selama ini, melainkan ketidaktepatan cara elit Demokrat menyerang Prabowo. Spontanitas Andi Arief memperlihatkan betapa selama ini Demokrat sangat yakin Prabowo akan menggandeng AHY.
Sikap Andi Arief bisa menjadi bahan tertawaan karena terlalu naif. Mantan calon wakil gubernur Lampung ini seperti politisi kemarin sore yang menganggap kesepakatan lisan dua politisi sebagai kitab suci yang haram diingkari. Padahal Andi Arief memiliki jam terbang lumayan karena penulis mengenalnya secara baik saat masih sama-sama di Lampung.
Kita berharap, tarik-ulur cawapres baik di kubu Prabowo maupun Jokowi yang juga memanas, tidak sampai menimbulkan tsunami politik dan gelontoran ujaran tanpa kendali. Dinamika politik, termasuk di dalamnya pilihan-pilihan yang tersedia, adalah ruang tanpa batas, tanpa ikatan sehingga tidak perlu disikapi secara berlebihan manakala hasilnya tidak sesuai harapan, tidak sesuai kalkulasinya.
Salam @yb
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H