Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Jangan Anggap Enteng Bentrok Politis di Arena CFD

30 April 2018   16:27 Diperbarui: 30 April 2018   19:58 3181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu berkaus #DiaSibukKerja dikeruminu massa berkaous #2019GantiPresiden di area CFD, Jakarta Pusat. Sumber gambar: tangkapan gambar video amatr.

Sulit menyebut kehadiran dua kelompok massa dengan atribut politik merupakan sikap spontanitas warga untuk menyampaikan aspirasinya. Ada "undangan" melalui aplikasi WhatsApp, dan diduga juga ada pembagian kaus untuk massa kedua kubu. Saat ini titik didih masih di Jakarta, tetapi bukan mustahil hal serupa akan terjadi di daerah dengan melibatkan massa akar rumput. Dan jika semak sudah terbakar, beranikah elit politik bertanggungjawab?

Kekuatiran akan terjadinya bentrok antara massa #2019GantiPresiden dan #DiaSibukKerja di arena car free day (CFD) di Bundaran HI dan Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Minggu kemarin,  akhirnya terbukti. Meski polisi sudah memisahkan dua kelompok ini, namun situasi menjadi tak terkendali kala sejumlah orang "berbaur" ke kubu lain.    

Kata bentrok di sini mungkin tidak disepakati karena dari gambar maupun video yang beredar jelas terlihat massa berkaus #2019GantiPresiden mengintimidasi massa #DiaSibukKerja. Bahkan dalam video tersebut, ada ibu muda yang membawa anak, dikerubuti massa berpakaian #2019GantiPresiden sambil mengipas-ngipaskan uang pecahan seratus ribu karena mungkin meyakini si ibu bagian dari massa bayaran.

Tetapi kasus ini tidak bisa dilihat sepotong-sepotong lalu menyimpulkan satu kubu sebagai korban.

Faktanya kedua kelompok berada di lokasi yang sama dan sama-sama meneriakkan yel-yel yang sangat mungkin diterima lawannya sebagai provokasi. Artinya sudah ada situasi yang kemudian menjadi pematik terjadinya persekusi terhadap beberapa orang dari kubu #DiaSibukKerja. Lalu siapa yang mendorong terjadinya aksi tersebut? Bisa jadi kedua kubu atau sebagaimana galibnya peristiwa politik, bisa saja dari pihak luar yang memang menghendaki terjadi benturan antar kedua kubu.

Tetapi bahwa kedua kubu sudah sama-sama "siap bentrok" harus tetap dijadikan dasar pertimbangan sebelum mengambil satu kesimpulan. Beda halnya jika yang menjadi korban orang yang tidak memakai atribut kedua kubu.

Sayangnya elit politik justru sibuk mencari pembenar atas kelompoknya. Politisi-politisi muda dengan antusias melempar tudingan kepada kelompok lain tanpa mau mencari tahu mengapa hal itu terjadi. Bahkan sebagian dari mereka menjadikan gesekan itu sebagai panggung demi kepentingan pribadi dan partai politiknya.

"Kami bangga pada ibu-ibu itu yang tegar dan berani melawan dengan mengatakan, 'Kita tidak takut, karena kita benar, kita tidak akan pernah takut!'," puji jubir PSI, Guntur Romli.

Pujian Romli, sungguh sulit diterima nalar. Peristiwa ini mestinya dilihat dari perspektif luas di mana ada pelibatan massa dalam kegiatan politik di waktu dan tempat yang tidak sesuai konstitusi.

Mestinya dicari tahu siapa yang memobilisir massa kedua kubu. Masing-masing elit boleh mengklaim massa datang sukarela dan beli kaus sendiri. Tetapi sejarah tanah air mencatat, kesadaran politik massa belum sampai ke sana.

Kita tidak menafikan ada orang-orang tertentu yang atas kesadaran politiknya mau mengeluarkan uang demi kepentingan politik orang lain. Sebutlah karena ada kesamaan agama, etnis dan kepentingan pribadi lainnya.

Pedagang kaus bertagar GantiPresiden dan SibukKerja di arena CFD pun ada yang mengaku untung hingga Rp 10 juta. Artinya dagangannya ada yang membeli. Tetapi siapa yang membelinya? Per orang ataukah diborong oleh satu kelompok tertentu? Masih membutuhkan penyelidikan lebih lanjut. Sebab umumnya kaus bernafas politik dibeli atau diproduksi oleh suatu kelompok dan dibagi-bagikan kepada masyarakat secara gratis. Ludesnya dagangan tidak dapat dijadikan dasar untuk mengukur animo masyarakat terhadap isu yang diusung.

Sebagai pembanding, peningkatan pesanan kaus dan atribut politik lainnya di Pasar Senen, Jakarta Pusat, tidak menggambarkan tingginya kesadaran politik masyarakat, apalagi preferensi terhadap partai tertentu. Mengapa? Karena pemesannya para pengurus partai politik, atau tim sukses kandidat yang tengah mengikuti kontestasi elektoral!    

Memang masih terlalu dini untuk menyimpulkan adanya tangan-tangan tak terlihat dari kedua kubu yang mendorong terjadinya bentrokan. Tetapi bahwa ada pihak yang diuntungkan, juga tidak bisa diabaikan. Siapa yang diuntungkan? Kedua pihak!

Tagar 2019GantiPresiden yang menjadi simbol perlawanan terhadap pemerintah (baca: Jokowi) semakin kuat. Namun pada saat bersamaan juga bisa dijadikan pintu masuk bagi pihak kepolisian untuk "membatasi" ruang geraknya.        

Kita berharap elite politik tidak melihat peristiwa di CFD sebagai "jalan" untuk tujuan yang lebih luas. Peristiwa ini harus dianggap sebagai "kecelakaan" sehingga semua pihak mestinya menahan diri.

Jangan benturkan masyarakat di level akar rumput karena sangat berbahaya. Silakan lanjutkan diskusi dan perdebatan di ruang-ruang yang semestinya. Jangan show of force di ruang-ruang publik. Sebab saat ini belum musim kampanye. Kelak ada waktunya untuk saling unjuk kekuatan di tempat dan waktu yang telah disepakati.

Kita juga berharap kepada masyarakat untuk tidak perlu ikut-ikutan kegiatan politik praktis. Baik kaus #2019GantiPresiden maupun #DiaSibukKerja adalah media politik yang jika dibawa ke ruang publik, bisa menimbulkan ketegangan atau  emosi warga lain yang berbeda aspirasi. Bisa juga dijadikan korban oleh teman sendiri. Sebab jika Anda memakai kaus #2019GantiPresiden di jalan, lalu dipukul orang, belum tentu pelakunya kubu lawan. Mungkin jadi pelakunya teman Anda sendiri dengan tujuan mendiskreditkan pihak lawan.  

Jangan sampai, para elit yang terlihat berseberangan di layar kaca, asyik bercengkerama di balik dinding sambil bagi-bagi keuntungan, Anda yang memakai kaus  politik hanya untuk gagah-gagahan, menjadi korban.

Salam @yb

Sebagian materi sudah dipublikasikan di sini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun