Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Mendukung Siapa Pun adalah 'Racun' bagi Agus

18 Februari 2017   10:56 Diperbarui: 18 Februari 2017   15:21 4019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Agus Yudhoyono. Tribunnews.com

Musuhnya musuhku adalah temanku. Ungkapan klasik itu, sangat cocok untuk menggambarkan apa yang tengah terjadi di Jakarta saat ini terkait kontenstasi pemilihan gubernur dan wakil gubernur.  Ketika fragmen berakhir, mestinya, temannya temanku adalah temanku. Sayangnya, jika hal pertama sudah bisa dipastikan, frasa kedua belum tentu bisa diwujudkan.

Seperti kita ketahui, awalnya ada tiga calon  yang saling bersaing (selanjutnya akan ditulis bermusuhan), untuk mendapatkan kursi empuk Gubernur DKI Jakarta. Agus Harimurti Yudhoyono, Basuki Tjahaja Purnama dan Anies Rasyid Baswedan. Pertarungan segitiga tersebut menempatkan antara satu dan yang lain saling bermusuhan. Agus menjadi musuhnya Ahok dan Anies, demikian juga Ahok, dimusuhi Agus dan Anies. Idem ditto, Anies dijadikan musuh oleh Agus dan Ahok. P;ada fase ini belum berlaku musuhnya musuhku adalah temanku.

Setelah masyarakat menentukan pilihan, tersisa dua calon yakni Ahok dan Anies. Agus terpental dari gelanggang karena mayoritas masyarakat “belum siap” untuk dipimpin oleh anak muda yang program kerjanya masih “gagap”. Sejak hasil Pilkada diketahui, maka posisi ketiganya otomatis berubah karena Ahok memandang Agus sebagai musuhnya musuhku. Hal yang sama berlaku bagi Anies.

Mengapa Agus masih dianggap sebagai musuh padahal bukan lagi menjadi peserta Pilkada? Hal ini terkait dukungan yang mereka butuhkan untuk melakoni pertarungan babak kedua. Agus akan tetap menjadi musuh Ahok jika mengajak pendukungannya mengalihkan dukungan pada Anies. 

Program rumah ngapungnya akan terus disoal dan semua proyek yang bersinggungan dengan Mpok Syvi- pasangan Agus di Pilkada DKI, akan terus diobok-obok. Siapa tahu ada eternit yang dipasang miring sehingga bisa dijadikan alasan untuk mentersangkakan. Klan Cikeas pun tidak akan bisa tidur nyenyak karena diberondong isu-isu proyek mangkrak.

Hal yang sama akan terjadi manakala Agus memberi dukungan pada Ahok. Kubu Anies tetap akan melihat Agus sebagai musuh karena melakukan “pengkhianatan” terhadap misi suci mewujudkan Jakarta baru tanpa Ahok. Rambut Annisa Pohan pun akan disoal karena dibiarkan tergerai dipermainkan angin. 

Mendukung siapa pun adalah racun bagi Agus dan seluruh klan Cikeas.

Saat ini upaya membujuk Agus agar berpihak pada salah satu (mantan) musuhnya, tengah dilakukan secara masif. Tanpa malu dan seolah seluruh manusia di luar dirinya telah amnesia, nitizen yang kemarin menghujat, kini memujinya setinggi langit.   

Bagaimana jika Agus (akhirnya) tidak memberikan dukungan kepada kedua (mantan) musuhnya? Agus (dan juga Cikeas) akan bisa tidur nyenyak. Tidak akan ada lagi yang mempersoalkan “pepo” dengan lebaran kudanya atau menanyakan mengapa adiknya selalu memakai baju lengan panjang. Tidak ada pula yang “membodohkan” keputusannya keluar dari kesatuan tentara. Agus pun bisa mengajak istrinya menikmati bulan madu kedua tanpa suara nyinyir netizen.

Melihat dampaknya, mestinya Agus memutuskan untuk tidak memberikan dukungan baik kepada Ahok maupun Anies. Untuk apa mau terkena getah dari nangka yang (akan) dimakan orang lain. Mudah, simple dan tanpa resiko.

Tetapi momen saat ini menjadi ujian bagi Agus untuk membuktikan dirinya benar-benar sudah siap terjun ke kancah politik. Salah satu kepastian dari sekian banyak ketidakpastian dalam dunia politik adalah memiliki musuh (politik). sebab pada hakekatnya politik sebuah medan pertempuran untuk merebut kekuasaan, baik secara konstitusional maupun non-konstitusional. 

Dengan memberikan dukungan terbuka kepada salah satu kandidat tersisa, Agus dapat belajar bagaimana mengelola konflik (politik), melihat “kelucuan” nitizen yang diam-diam menghapus postingan terdahulu karena isinya bertolak-belakang dengan tulisan terbarunya, memetakan kecenderungan masyarakat dalam memberikan dukungan, dan hal-hal lain yang pastinya akan berguna ketika kelak dirinya kembali menjadi kontestan gelaran politik.

Ada banyak hal di ranah politik yang tidak ditemuinya di dunia militer. Tidak ada semangat korsa, tidak juga berlaku jiwa ksatria. Meski hal-hal semacam itu bisa dipelajari dari buku, atau mendengar dongeng Pepo, tetapi peristiwa politik yang terjadi 10 tahun lalu, bahkan dua minggu lalu, tidak akan pernah benar-benar sama dengan peristiwa politik yang akan terjadi mendatang meski memiliki dan melibatkan isu yang sama. 

Sangat lazim terjadi, musuh kita hari ini adalah teman yang pada sebulan lalu bahu-membahu mengegolkan satu isu. Sangat mungkin pada pemilu lalu masyarakat memilih pemimpin berdasarkan tulang-belulang ayahnya, berdasarkan melodrama yang mengharu-biru lakon utamanya, dan hari ini kita menemukan sekelompok masyarakat yang memilih berdasarkan kesamaan fisik, kesamaan keyakinan, atau bahkan karena warisan dendam yang dia sendiri tidak tahu mengapa harus ikut membenci.

Jika Agus tidak berani mengambil resiko, memilih aman dari nyinyir netizen, maka lebih baik Agus mulai memikirkan dunia lain untuk mengisi hari-harinya. Semisal membuka kursus crowd surfing bagi anak-anak muda yang terobsesi menjadi Superman.  

Salam @yb

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun