Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Missing Link Ini yang Akan Bebaskan Jessica

24 April 2016   12:51 Diperbarui: 25 April 2016   09:06 1824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Padahal pembunuhan (jika memang sebuah pembunuhan) yang dilakukan di tempat terbuka seperti Kafe Oliver, sangat mungkin dilakukan oleh orang-orang yang tidak ada di lokasi kejadian. Dalam teori pembunuhan berencana, maka pelaku sudah sangat memperhitungkan segala kemungkinannya sehingga akan menempatkan dirinya di suatu tempat yang tidak mengundang kecurigaan polisi. Artinya, ada kontradiktif manakala kita sepakat menyebutnya sebagai pembunuhan berencana tetapi dengan gampang menuding seseorang yang berada di lokasi tersebut sebagai pelakuknya. Jika pelaku adalah satu dari dua teman Mirna yang ada di lokasi (Jessica dan Hani) maka itu adalah pembunuhan berencana dengan pelaku idiot, kecuali memang dengan sengaja tengah melakukan antithesis terhadap teori pembunuhan berencana.

Sejak awal, penyidik memang terlihat sudah gagap dalam menangani kasus ini. Meski Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti membantah pembukaan hotline untuk menerima masukan dari masyarakat jika mengetahui sesuatu yang berkaitan dengan kasus tewasnya Mirna Salihin, namun masyarakat pun tidak salah jika mempunyai pandangan lain. Seperti pernah ditulis, membuka hotline, menyuruh pelakunya mengaku, memeriksa sejumlah orang hingga berkali-kali (beberapa saksi diperiksa lebih dari satu kali), terutama hani dan Jessica yang kemudian ditetapkan sebagai tersangka,  adalah bukti bagaimana polisi kedodoran menangani kasus ini.

Jangan lupa, munculnya motif asmara sejenis, juga membuat masyarakat tertawa karena dugaan itu hanya didasarkan pada asumsi, pada isi percakapan keduanya tanpa disertai bukti kuat.  Penyidik juga membuat ‘jebakan’ yang menggelikan usai menangkap Jessica dari sebuah hotel, di pagi buta. Seakan ingin mematahkan argumen Jessica bahwa dirinya tidak suka kopi sehingga tidak ikut mencicipi kopi yang diminum Mirna, maka saat memeriksa Jessica, penyidik ‘menghidangkan’ kopi hangat dan air mineral.  Penyidik langsung ‘bersorak’ saat Jessica dengan enteng mengambil kopi hangat dan menyeruputnya tanpa dosa. Gambar ini langsung beredar di masyarakat sehingga Jessica pun berada pada posisi yang sangat sulit: terduga pembunuhan ternyata seorang berbohong!

Namun bagi yang kritis, tentu melihatnya dari sudut lain. Meski tidak suka kopi hangat, namun dalam kondisi kedinginan, masih mengantuk karena dibangunkan secara paksa (digrebek), dan kebingungan, sangatlah wajar Jessica memilih kopi yang hangat dibanding air mineral yang dingin. Ini bukan masalah suka atau tidak suka, tetapi terkait situasi dan kondisi saat itu. Kecuali dalam keadaan normal dengan banyak pilihan semisal di kafe, ternyata Jessica memilih kopi daripada minuman lainnya, ceritanya tentu akan lain. Berarti dia betul-betul bohong saat mengatakan dirinya tidak suka kopi.  

Pertanyaan menariknya kemudian adalah, jika sampai Jessica dilepas, benarkah Mirna tewas dibunuh? Siapa pembunuhnya? Jika tetap pada keyakinan Mirna tewas dibunuh, polisi harus mulai bergerak dengan memperluas calon tersangka. Meski Jessica tetap masuk sebagai orang yang patut diduga, tentu dengan bukti-bukti baru (novum), polisi harus mulai memeriksa Hani secara intensif sebagai teman Mirna lainnya yang sama-sama berada di kafe tersebut. Polisi juga harus memberikan perlakuan yang sama kepada para pelayan kafe dan orang-orang yang saat itu sempat mendekati Kafe Olivier. Terakhir, polisi harus mulai membidik calon tersangka dari tempat lain karena sesuai teori, sianida baru akan  bereaksi dalam hitungan menit (5-20 menit) sehingga ada kemungkinan pelaku sudah meracuni Mirna sebelum yang bersangkutan tiba di kafe. Siapa orang terakhir yang bersama  Mirna sebelum tiba di Kafe Olivier?  

Tulisan ini bukan dimaksudkan untuk menilai kinerja kepolisian atau menyudutkan pihak tertentu, tetapi sebagai bentuk kepedulian agar penegakan hukum dilakukan dengan tidak melanggar hukum.

 

Salam @yb

 

tulisan terkait : http://fiksiana.kompasiana.com/yonbayu/antitesis-teori-pembunuhan-berencana-yang-nyaris-sempurna_56ac5a593793732b071226dc

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun