Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tuntut Jokowi Transparan dalam Proyek Kereta Cepat, SBY Sinyalir Keterlibatan Keluarga Pejabat

9 Februari 2016   09:47 Diperbarui: 16 Februari 2016   07:57 1012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat itu, anggota DPR Misbakhun menanggapinya dengan sinis. Menurut politisi Golkar tersebut, SBY masih post power syndrome, masih merasa sebagai presiden. Sebab jika saran itu benar-benar tulus, sebagai ketua partai,mestinya SBY bisa menyalurkan aspirasinya melalui fraksi Partai Demokrat yang ada di DPR.

Jauh sebelum itu, SBY juga pernah memberikan saran kepada Jokowi melalui akun Twitter yang pada akhirnya juga menuai kritik nitizen. Namun anehnya, kini hal itu dilakukan lagi meski bukan dalam bentuk saran, melainkan tuntutan terbuka.

Kita tidak tahu isi hati SBY. Namun kita bisa menangkap arah yang dimaui terkait saran dan juga tuntutannya. Pertama, SBY merasa dirinya masih presiden. Kedua, SBY menganggap dirinya “presiden senior” sehingga merasa perlu mengajari Jokowi yang “presiden junior”.

Sebab jika niatnya tulus, sebagai anak bangsa, mantan pemimpin yang memiliki segudang pengalaman, SBY cukup telepon Jokowi atau datang ke istana untuk memberikan saran dan berdiskusi. Rakyat pun akan senang jika SBY melakukan hal itu. Atau bisa juga- seperti kata Misbakhun, SBY menggunakan Fraksi Demokrat untuk menyuarakan aspirasinya sehingga tidak akan menimbulkan kesan power syndrome.

Tindakan SBY juga mengesankan dirinya tidak tulus dan cenderung mem- fait accompli Presiden Jokowi. Saran dan tuntutan SBY menempatkan Jokowi pada posisi sulit. Terkait saran, jika diterima dan berhasil maka SBY yang dapat nama. Namun jika diterima dan gagal, Jokowi yang menjadi bulan-bulanan media. Sebaliknya, jika ditolak dan ternyata kriris berlanjut, kembali SBY mendapat angin. SBY. Sambil bertepuk dada, SBY akan bilang “karena Presiden Jokowi menolak saran saya maka krisis semakin parah.”

Sementara terkait tuntutan transparansi pembangunan kereta cepat, jika Jokowi memberikan penjelasan, publik akan menilainya sebagai tindakan reaktif, Namun jika tidak memberikan penjelasan, kritik yang disampaikan SBY, terutama menyangkut jaminan dan keterlibatan keluarga pejabat dalam proyek tersebut, akan dianggap sebagai kebenaran oleh sebagian masyarakat. ,    

Atau memang itu tujuan sebenarnya dari saran dan kritik SBY?

 

Salam @yb

Referensi 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun