Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tuntut Jokowi Transparan dalam Proyek Kereta Cepat, SBY Sinyalir Keterlibatan Keluarga Pejabat

9 Februari 2016   09:47 Diperbarui: 16 Februari 2016   07:57 1012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melalui akun pribadinya di Youtube, Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menuntut agar Presiden Joko Widodo (Jokowi) transparan dalam pembangunan kereta api cepat Jakarta-Bandung. Secara eksplisit SBY menilai selama ini Jokowi tidak cukup transparan dalam proyek tersebut.   

Dalam pernyataan terbuka yang dikemas dengan model wawancara, SBY berulangkali meminta agar Jokowi bisa menjelaskan secara terbuka kepada publik terkait proses tender, jaminan pemerintah hingga  keterlibatan keluarga pejabat dalam proyek yang nilainya disebut SBY mencapai Rp 76 triliun tersebut.

“Yang ingin saya sampaikan adalah diperlukan transparansi, akuntabilitas oleh pemerintah. Transparansi dalam arti jelaskan kepada rakyat, apa yang menjadi kebijakan dasar, siapa yang membangun kereta api ini, dengan ongkos berapa sesungguhnya, Katanya negara lain ada yang jauh lebih murah. Betulkah? Jelaskan! Lantas dulu tendernya seperti apa. Saya mengikuti misalnya antara pihak Tiongkok dengan pihak Jepang, dengan dinamika yang terakhir ini, kalau betul yang saya ikuti di media ternyata memerlukan jaminan padahal dulu katanya Jepang kalah karena Jepang minta jaminan, pemerintah perlu menjelaskan juga kepada Jepang,” kata SBY.

Bukan hanya anggarannya, SBY juga menuntut agar Jokowi transparan terkait keterlibatan keluarga pejabat dalam proyek kereta cepat.

”Kalau memang ada keluarga pejabat yang ikut berbisnis (dalam proyek kereta cepat), jelaskan saja, ada, siapa, company-nya apa,” kata SBY.

Sisi lain yang juga disorot SBY adalah penggunaan dana yang digunakan untuk pembangunan kereta api cepat.

“Banyak hal yang harus dijawab pemerintah. Tentang biayanya, BUMN dari mana biayanya? Benarkah APBN tidak ada aliran ke situ?” ujar SBY dalam video tersebut. Pada bagian akhir terkait kereta cepat, SBY menyoroti unsur keamanan dan keselamatannya itu karena di tol Cipularang yang menghubungkan Jakarta-Bandung sering terjadi kecelakaan. .   

Tentu tidak ada yang salah dalam tuntutan SBY tersebut. Terlebih SBY menegaskan kritik yang disampaikan dalam kapasitasnya sebagai ketua partai politik sehingga menepis anggapan dirinya masih merasa sebagai presiden.  

Persoalanhya, mengapa SBY menyampaikan tuntutannya itu secara terbuka? Sebab bukan baru sekali ini SBY ‘menggurui’ Jokowi. Saat terjadi gejolak ekonomi di awal pemerintahan Jokowi-JK, SBY pun sempat mengajari Jokowi melalui enam rumus agar Indonesia bisa keluar dari krisis.

“Pada 15 Oktober 2008, sebulan sebelum pertemuan puncak G-20 di Washington DC (Amerika Serikat), saya masih jadi presiden sudah berikan direktif. Saya keluarkan direktif atau ajakan, instruksi pada jajaran pemerintah. Ada 10, saya katakan dulu 2008 tidak sama dengan 1998 dari segi fundamental, segi kesiapan, situasi politik, dan sebagainya. Dengan tindakan antisipasi yang tepat, Indonesia terkena dampak ekonomi global saat itu tapi tidak terlalu parah. Kita tidak imun tapi tidak terpukul. Di G-20 kita sedikit kena pukulan, yang lain negatif.”

Itulah salah satu cara SBY mengatasi krisis yang kemudian disarankan kepada Jokowi agar digunakan dalam mengatasi krisis ekonomi pada pertengahan 2015 lalu. Saran itu disampaikan dengan gaya pidato di depan puluhan bos media yang sengaja diundangnya ke Cikeas, kediaman pribadi SBY.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun