Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Kritik Kebijakan Ahok Dituduh SARA, Siapa Sebenarnya yang Rasis?

7 Februari 2016   13:57 Diperbarui: 8 Februari 2016   16:24 5170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Membaca komentar-komentar netizen terkait berita Kompas.com tentang inkonsistensi Pemprv DKI Jakarta terhadap larangan berjuualan di pinggir jalan, membuat aku tertegun. Berita berjudul "Trotoar Dibiarkan Jadi Tempat Jualan, ke Mana Ahok?" memuat tentang keheranan Zulkarnain, salah pedagang ikan di Jalan Sulaiman, Rawabelong, Jakarta Barat.

Karena menjelang perayaan Imlek pemerintah daerah mengizinkan pedagang berjualan ikan di trotoar sementara saat menjelang Idul Adha kemarin, pemerintah dengan tegas mengharamkan trotoar tersebut untuk berjualan kambing.

"Kok, Pak Ahok berisik larang kambing dijual di trotoar pas Idul Adha, pedagang sampe diusirin kambingnya. Sebagai sesama pedagang, saya enggak tega juga," ujar Zulkarnain di Jalan Sulaiman, Rawabelong, Sabtu (6/2/2016).

Puluhan netizen lantas mengomentarari berita itu dengan bahasa yang menurutku sangat SARA. Misalnya, komentara akun Luck Boyz : ni Kompas udah ga ada berita lagi ya ??? emang ga tau bedanya jualan kambing hidup di trotoar dengan jualan ikan ??? cari karyawan / redaksi / wartawan yg SEKOLAH dan PANDAI DONG !!! kalo dibilang G_BL_K nanti tersinggung deh ni si Kompas.

Kemudian akun Govela: Kompas seharusnya tidak memuat berita ecek2 ky gini...... gimana kalo kita cropt ni berita trus kita kasih tag line "inilah berita yg coba mengadu domba cara kompas".

Lalu akun Dobidobi yang menghujat penulis berita tersebut : KEPADA Penulis : Jessi Carina DAN Editor : Glori K. Wadrianto JANGAN NORAK DEH ISU SARA DI KEDEPANKAN.

Ada juga komentar yang menurutku pandir. Akun Pembela Orang Jujur : Penulis artikel ini kan pendukung Lulung..coba saja cek akun twitternya. Makanya jelek-jelekin Ahok. Tolong Kompas rekrut wartawan yang lebih bermutu, jangan yang abal-abal dan suka mengadu domba.

Tentu ada juga akun yang memberikan komentar sebaliknya seperti akun Angin : Nah klo benar ahok gak melarang penjual ikan di trotoar,, Itu namanya diskriminasi...

Siapa yang sebenarnya rasis? Mengapa ketika mengkritik kebijakan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) selalu dituduh rasis?

Berita tersebut juga murni menyoroti tentang inkonsistensi sebuah kebijakan. Peraturannya sudah jelas, trotoar dilarang untuk jualan. Jadi aktivitas jualan apapun yang menggunakan bahu jalan dan trotoar harus dilarang. Alasan para pembela Ahok bahwa jualan kambing dilarang karena bau sementara jualan ikan basah diperbolehkan karena tidak bau, benar-benar konyol. Bagaimana kalau besok aku jualan rokok di tempat itu? Boleh tidak?

Mengapa ketika ada orang yang mengkritik kebijakan Ahok langsung dituduh rasis? SARA? Mengapa ketika aku mengkritik kebijkaan Presiden Jokowi, aku tidak dianggap rasis? Apa karena aku dan Pak Presiden sama-sama Jawa? Lalu karena aku Jawa, maka aku menjadi rasis ketika mengkritik Pak Gubernur-ku yang kebetulan beretnis China?

Aku beberapa kali menjadi sasaran kemarahan para pendukung Ahok yang jumlahnya lumayan dominan di sini. Di akhir perdebatan, atau sela-sela itu pasti mereka dengan enteng menyebut aku goblok, rasis, orangnya Haji Lulung, FPI dan sebagainya. Mirisnya lagi yang mengatakan begitu bukan warga Jakarta. Mereka hanya tahu (sekilas) dari pemberitaan lalu dipakai untuk men-judge orang-orang yang mengkritik kebijakannya.

Jika kebijakan seorang pemimpin sudah tidak boleh dikritik, maka Anda tengah membiarkan datanganya pemimpin tiran.

Aku tidak menafikan ada sekelompok orang yang mendiskreditkan Ahok melalui isu-isu agama dan ras. Aku dan sebagian besar warga DKI sangat-sangat menghujat perilaku mereka. Sebagai bukti bagaimana warga Jakarta tidak terpengaruh dan malah antipati terhadap isu yang usung kelompok kecil itu, sampai detik ini belum ada warga DKI di luar kelompok kecil itu, yang mendemo Ahok dan memintanya untuk mundur dengan alasan agama maupun ras.

Tetapi mengapa sekarang justru pendukung Ahok yang dengan gampang menyudutkan orang lain dengan isu SARA hanya karena orang tersebut tidak sependapat dengan satu-dua kebijakan Ahok?

Jika aku tidak akan memilih Ahok pada PIlgub DKI mendatang, bukan karena aku fans Haji Lulung, bukan karena aku anggota kelompok kecil pemilik gubernur tandingan, bukan pula karena rasis. Politik itu soal pilihan; memilih calon pemimpin yang kebijakannya sesuai dengan harapanku, sesuai hati nuraniku. Apa itu salah? Apa itu rasis? Jika jawabannya ‘iya’, Anda sebenarnya lebih rasis dari kelompok kecil yang berkantor di Petamburan itu.

Salam @yb

---

Referensi: Trotoar Dibiarkan Jadi Tempat Jualan, ke Mana Ahok?

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun