Membaca komentar-komentar netizen terkait berita Kompas.com tentang inkonsistensi Pemprv DKI Jakarta terhadap larangan berjuualan di pinggir jalan, membuat aku tertegun. Berita berjudul "Trotoar Dibiarkan Jadi Tempat Jualan, ke Mana Ahok?" memuat tentang keheranan Zulkarnain, salah pedagang ikan di Jalan Sulaiman, Rawabelong, Jakarta Barat.
Karena menjelang perayaan Imlek pemerintah daerah mengizinkan pedagang berjualan ikan di trotoar sementara saat menjelang Idul Adha kemarin, pemerintah dengan tegas mengharamkan trotoar tersebut untuk berjualan kambing.
"Kok, Pak Ahok berisik larang kambing dijual di trotoar pas Idul Adha, pedagang sampe diusirin kambingnya. Sebagai sesama pedagang, saya enggak tega juga," ujar Zulkarnain di Jalan Sulaiman, Rawabelong, Sabtu (6/2/2016).
Puluhan netizen lantas mengomentarari berita itu dengan bahasa yang menurutku sangat SARA. Misalnya, komentara akun Luck Boyz : ni Kompas udah ga ada berita lagi ya ??? emang ga tau bedanya jualan kambing hidup di trotoar dengan jualan ikan ??? cari karyawan / redaksi / wartawan yg SEKOLAH dan PANDAI DONG !!! kalo dibilang G_BL_K nanti tersinggung deh ni si Kompas.
Kemudian akun Govela: Kompas seharusnya tidak memuat berita ecek2 ky gini...... gimana kalo kita cropt ni berita trus kita kasih tag line "inilah berita yg coba mengadu domba cara kompas".
Lalu akun Dobidobi yang menghujat penulis berita tersebut : KEPADA Penulis : Jessi Carina DAN Editor : Glori K. Wadrianto JANGAN NORAK DEH ISU SARA DI KEDEPANKAN.
Ada juga komentar yang menurutku pandir. Akun Pembela Orang Jujur : Penulis artikel ini kan pendukung Lulung..coba saja cek akun twitternya. Makanya jelek-jelekin Ahok. Tolong Kompas rekrut wartawan yang lebih bermutu, jangan yang abal-abal dan suka mengadu domba.
Tentu ada juga akun yang memberikan komentar sebaliknya seperti akun Angin : Nah klo benar ahok gak melarang penjual ikan di trotoar,, Itu namanya diskriminasi...
Siapa yang sebenarnya rasis? Mengapa ketika mengkritik kebijakan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) selalu dituduh rasis?
Berita tersebut juga murni menyoroti tentang inkonsistensi sebuah kebijakan. Peraturannya sudah jelas, trotoar dilarang untuk jualan. Jadi aktivitas jualan apapun yang menggunakan bahu jalan dan trotoar harus dilarang. Alasan para pembela Ahok bahwa jualan kambing dilarang karena bau sementara jualan ikan basah diperbolehkan karena tidak bau, benar-benar konyol. Bagaimana kalau besok aku jualan rokok di tempat itu? Boleh tidak?
Mengapa ketika ada orang yang mengkritik kebijakan Ahok langsung dituduh rasis? SARA? Mengapa ketika aku mengkritik kebijkaan Presiden Jokowi, aku tidak dianggap rasis? Apa karena aku dan Pak Presiden sama-sama Jawa? Lalu karena aku Jawa, maka aku menjadi rasis ketika mengkritik Pak Gubernur-ku yang kebetulan beretnis China?