Namun penemuan tirai tanpa darah menjadi titik balik terhadap semua teori yang sudah diyakini kebenarannya. Penyidik muda dari Polresta Bandar Lampung menemukan kejanggalan yang membuatnya terjebak dalam situasi sulit. Dengan bantuan wartawan senior, penyidik itu kemudian melacak pemilik tirai tidak berdarah yang ditemukan di lokasi pembunuhan. Mengapa tirai itu tidak terkena darah korban? Padahal jika melihat posisi korban saat ditemukan, seharusnya tirai itu terkena darah. Mungkinkah pelakunya seorang psikopat yang sengaja meninggalkan teka-teki?
Lalu apa kaitannya dengan seorang artis senior dan jenderal dari istana? Mengapa keponakan presiden begitu gugup setelah ditemukan fakta tak terbantahkan yang menunjukkan dirinya berada di lokasi kejadian saat pembunuhan itu terjadi?
Situasi pun berbalik. Kini keponakan presiden menjadi pihak tertuduh. Diduga Ifa dibunuh agar album lagunya yang sebelumnya sudah direkam oleh perusahaan rekaman milik ponakan presiden, meledak di pasaran.
“Agar album Ifa laku di pasar dan usahanya sebagai produser musik berhasil, Tommy tega membunuh Ifa yang sudah dipacarinya. Ifa dijadikan korban untuk pencitraan,” seru Berahim- ayah Refan, yang juga ketua DPD partai politik besar di tanah air.
Desakan untuk membebaskan Refan menjadi isu sensitif. Terlebih ketika seorang jenderal menentang pembebasan Refan. Akhirnya terkuaklah sebuah konspirasi jahat tingkat nasional yang melibatkan sejumlah nama top. Mirisnya, mereka terjebak oleh kebodohannya sendiri akibat nafsu kekuasaan.
Selamat mengikuti
Salam @yb
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI