Dengan cara berbeda, Jokowi juga berhasil memaksa parpol yang tadinya bersuara sangat keras- bahkan mengancam akan melengserkannya, berbalik arah menyatakan dukungan. Meski pernyataan politik seringkali bersayap – karena memang kalimat politik tidak memiliki titik, namun setidaknya Jokowi mampu merubah konstelasi politik dari posisi yang tadinya ‘dimusuhi’ menjadi ‘dibutuhkan’. Meski aku tidak menyukai teori konspirasi, namun ‘kerusuhan’ yang terjadi di ‘rumah’ Golkar dan PPP kuat diduga ada campur tangan istana- minimal membiarkan kerusuhan itu.
Keempat, pembangunan. Gelar Bapak Pembangunan- terlepas setuju atau tidak, disematkan kepada Pak Harto karena di masa kepemimpinannya, pembangunan menjadi priotitas utama. Puluhan bandara, pelabuhan, jalan tol, bendungan dibangun secara terukur melalui konsep Repelita (rencana pembangunan lima tahun). Meski dalam proses pembangunan tersebut terkadang “memakan korban” rakyat kecil- terutama terkait penggusuran lahan, dan hanya menguntung klik Cendana, namun tidak sedikit dari buah karya Pak Harto yang masih bisa dinikmati sampai sekarang. Misalnya Tol Cikampek, Waduk Kedungombo, Bandara Soekarno Hatta, dll.
Dalam satu tahun terakhir, pembangunan infrastruktur juga gencar dilaksanakan Presiden Jokowi. Tanpa kenal lelah, Jokowi memantau pembangunan dari Papua sampai Aceh. Bahkan ada beberapa pembangunan yang terus dipantau layaknya kepala proyek seperti dalam pembangunan Tol Sumatera. Dari 3 kali blusukannya ke Lampung, dua di antaranya khusus untuk menengok perkembangan pembangunan jalan tol tersebut. Pembangunan pelabuhan, jalan-jalan di daerah perbatasan, hingga waduk di Nusa Tenggara, adalah bukti keseriusan Jokowi dalam upaya pemerataan pembangunan.
Tentu masih banyak persamaan lainnya, di samping beberapa perbedaan. Kita akan menjadi saksi apakah Jokowi akan mampu merubah waktu atau beliau yang diubah oleh waktu. Apakah Jokowi akan lebih besar dari Pak Harto ataukah hanya sebatas menjadi titisannya.
Salam @yb
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H