Tentu kita marah manakala disebut sebagai manusia sesat pikir. Namun fakta bahwa kita sangat permisif dengan hal-hal seperti disebutkan di atas, adalah bentuk lain dari sesat pikir. Sebagian dari kita begitu garang ketika mendengar saudara jauhnya- yang ada di belahan dunia lain, diperlakukan tidak adil. Bahkan dia tega “membakar rumah sendiri” demi untuk mengekspresikan dukungannya pada perjuangan saudara jauhnya. Tetapi mengapa mereka diam, bahkan terkesan melegalkan perbuatan-perbuatan amoral tersebut? Faktanya, sampai hari ini belum ada demo yang menyuarakan penolakan terhadap mereka yang tersangkut kasus korupsi atau pelacuran, muncul di ruang publik. Belum juga ada rencana maupun seruan untuk memboikot tontonan yang menyertakan tokoh korupsi atau artis pelacur.
Ataukah pikiranku yang masih terperangkap dalam kubangan utopia sehingga tetap beranggapan korupsi dan pelacuran sebagai perbuatan hina? Ya, mungkin pikiranku yang belum out of the box!
Salam @yb
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H