Yang pertama dari sisi aksi, Louis Letterier yang sebelumnya pernah membesut The Transporter dan Incredible Hulk ini memang berhasil memberikan sajian aksi yang jauh lebih intens dalam Fast X. Khususnya pada adegan pertarungan jarak dekat, pergerakan kameranya berhasil menangkap setiap adegan perkelahian jadi terasa seru dan menegangkan.
Pun di sini porsi close combat actionnya juga cukup banyak dan terasa sangat memuaskan karena melibatkan banyak karakter.
Yang kedua dari sisi cerita, Â sayangnya Fast XÂ terasa terlalu convoluted atau kusut. Banyaknya karakter yang ditampilkan dan percabangan cerita demi tersampaikannya "kisah perburuan keluarga Toretto", membuat pacing film ini terasa cepat dengan transisi antar adegan yang kadang terasa memusingkan. Baru menikmati cerita A, sekejap kemudian berpindah ke cerita B, lalu ke C.
Belum lagi perpindahan tempat yang juga cepat berpotensi membingungkan penonton apabila tak diperhatikan dengan baik. Sekejap adegan ada di Roma, lalu ke London, kemudian ke Portugal dan wilayah-wilayah lainnya. Rasanya James Bond dan Ethan Hunt tidak ada apa-apanya dibanding Dom dan keluarganya heuheu..
Jujur saja rasanya tak ada sesuatu yang baru dari cara penyampaian ceritanya. Fast XÂ cenderung masih mengikuti template film-film pendahulunya. Cara ini cenderung "aman" namun berpotensi menimbulkan kebosanan di sisi penonton.
Momoa berhasil membuat Fast X "diingat" karena villainnya. Tidak seperti beberapa sekuel sebelumnya yang diingat karena adegan tidak masuk akalnya saja. Angkat topi untuk penampilan brilian dan memorable Jason Momoa di film ini. Fast XÂ jadi terasa hidup karenanya.