Urutan kejadiannya rapi dan mudah dipahami penonton. Mulai dari bagaimana asap bisa terbentuk di atap katedral hingga akhirnya api mulai membesar dan tak terbendung lagi. Juga bagaimana respon pengurus gereja, pemadam kebakaran, dan semua yang terlibat dalam penanganan kondisi kritis tersebut yang baru benar-benar bertindak sesuai prosedur ketika semuanya sudah terlambat.
Pun ketika sudah tiba di lokasi, struktur bangunan klasik yang 'berbeda' dengan bangunan di era ini kerap menyulitkan para pemadam kebakaran dalam mencari titik api dan proses pemadamannya.Â
Belum lagi sistem keamanan katedral ini yang hanya menugaskan satu orang untuk memegang kunci penting yang tentunya sempat menyulitkan dalam proses evakuasi barang berharga.
Kombinasinya dengan rekaman asli saat kejadian yang terasa seamless juga patut mendapat acungan jempol.
Saya melihat hampir tidak ada transisi yang terasa kasar antara rekaman asli dan film sehingga bagi saya hal tersebut akan membuat penonton merasa nyaman dalam mengikuti detail kejadiannya.
Pun desain produksi film ini juga harus mendapatkan pujian dikarenakan berhasil merekonstruksi bangunan dan detail di dalamnya seperti patung, lukisan dan relik kuno yang tak hanya memiliki nilai historis tinggi namun juga dipercaya sebagai benda-benda yang memang memiliki fungsi tertentu dalam sejarah kekristenan.
Hanya saja sebagai film yang detail dalam menampilkan rekonstruksi bencana yang berhasil meghebohkan dunia tersebut, Notre Dame on Fire terasa kurang dalam menghadirkan adegan suspense sehingga di beberapa adegan terasa 'kurang nendang'.Â
Fokus pada adegan realistis namun justru lupa untuk memberikan adegan penuh ketegangan yang menjadi ciri khas disaster movie.
Pun kurangnya kedalaman karakter dalam film ini juga menjadi poin tambahan yang membuat ceritanya terasa datar.Â