Tentu kita sudah cukup mengenal baik apa itu disaster movie dan bagaimana bentuk penyajiannya untuk para penonton. Baik itu disaster movie yang sifatnya fiktif seperti Deep Impact, Armageddon, atau 2012 hingga yang berdasarkan kisah nyata seperti The Impossible, 127 Hours , dan Deepwater Horizon.
Semua film tersebut menawarkan visualisasi bencana yang terasa nyata hingga menghadirkan momen-momen menegangkan, haru dan heroik. Bahkan untuk disaster movie berdasarkan kisah nyata seringnya juga berhasil membuat penonton seakan ikut ke dalam momen memilukan tersebut.
Lalu bagaimana dengan Notre Dame on Fire yang merupakan diaster movie berdasarkan kisah nyata kebakaran Katedral Notre Dame yang klasik dan ikonik di kota Paris pada tahun 2019 lalu? Apakah berhasil menyajikan cerita yang 'berbeda' dengan disaster movie kebanyakan?
Sebelum melanjutkan tulisan, saya ingin mengucapkan terima kasih terlebih dulu kepada KOMiK yang sudah memberikan voucher KlikFilm untuk menikmati film di gelaran World Cinema Week lalu, termasuk film yang akan dibahas kali ini. Thank you, KOMiK!
Lanjut ke pembahasan film, Notre Dame on Fire pada kenyataannya berhasil memberikan kejutan, setidaknya bagi saya, dalam menyajikan disaster movie yang berbeda, unik dan terasa autentik.Â
Film asal Perancis ini ternyata berhasil memberikan sebuah pengalaman baru dalam menonton yang tak hanya seru tapi juga sarat pengetahuan baru.
Hal tersebut dimungkinkan berkat ide penyutradaraan dari Jean-Jacques Annaud yang berhasil 'menjahit' adegan dalam film dengan footage asli dari gawai perekam amatir, rekaman stasiun stelevisi, dan sumber video lainnya pada saat terjadinya bencana tersebut.
Bagi yang lupa atau belum paham dengan sang sutradara, beliau sejatinya pernah membesut film-film Hollywood yang bagi saya pribadi cukup memorable. Seperti Enemy at The Gates dan Seven Years in Tibet yang secara kualitas juga sangat baik.
Bisa dibilang Notre Dame on Fire benar-benar detail dalam menampilkan urutan atau kronologi terjadinya kebakaran sehingga di beberapa sisi saya seperti tidak menyaksikan sebuah disaster movie melainkan sebuah film dokumenter.Â