Oh iya, bagi para pecinta teori fans JANCU (Joko Anwar Cinematic Universe), pasti akan dipuaskan oleh film ini. Karena seperti kita tahu di setiap filmnya Joko Anwar selalu memberikan ciri khas seperti adanya karakter ibu hamil, tiga anak kecil, sosok bapak yang disfungsional, tetap muncul di film ini namun tentu saja dengan peran serta cara yang berbeda.Â
Juga tetap menggunakan arah mata angin sebagai latar tempatnya serta lokasi-lokasi yang juga muncul di berbagai film Joko Anwar lainnya sebagai easter eggs dalam film ini. Jelas bahwasanya film ini akan menjadi lumbung fan theory yang memuaskan bagi para fans Jokan.
Sementara dari sisi teknis sudah tak perlu diragukan lagi. Kualitas sound designnya begitu luar biasa mengakomodir berbagai sound effect dan scoring yang membuat bulu kuduk merinding. Bagi saya, scoring di film ini seperti tetap mempertahankan ciri khas Pengabdi Setan versi klasik untuk kemudian mendapatkan sentuhan synthesizer baru yang lebih modern.
Camera works juga menjadi faktor lain yang membuat film ini terasa spesial. Jaisal Tanjung sebagai DOP (Director of Photography) film ini (yang juga langganan di film Joko Anwar lainnya) jelas menjadi sosok penting yang membuat intensitas ketegangan dan kengerian film ini meningkat berkat permainan tata kamera yang luar biasa. Membuat setiap visual tampil imersif walaupun didominasi oleh berbagai shoot yang minim pencahayaan.
Bagaimana tidak, berbagai shoot tangkapannya berhasil membangun atmosfer mengerikan walaupun tak ada penampakan apa-apa di sana. Imajinasi kita seakan dipermainkan melalui permainan kamera yang aktif dan provokatif lengkap dengan cahaya yang hanya muncul dari senter, korek api serta lampu minyak yang membuat kita semakin merasakan kengerian di tengah situasi yang total blackout.
Hal lain yang membuat film ini terasa spesial adalah bagaimana build up adegan horor dan terornya dijahit dengan cukup rapi. Menghadirkan suasana mencekam dalam intensitas adegan yang membuat jantung semakin berdebar seiring dengan rangkaian adegan yang mendekati titik puncaknya.
Tanpa bermaksud spoiler namun menurut saya build up adegan lift di film ini adalah salah satu yang terbaik dalam film Indonesia. Sebab akibatnya reasonable, scoring pendukung adegannya juga terasa pas, bahkan puncak adegannya berhasil menghadirkan riuh tepukan tangan dari kursi penonton studio IMAX Gandaria City. Silakan teman-teman rasakan sendiri experiencenya di bioskop nanti.
Tak hanya tentang menghadirkan kengerian dan rasa takut di sepanjang film, film ini nyatanya juga masih memberikan porsi yang pas untuk dialog penuh komedi yang cukup jenaka. Penempatan jokesnya terasa pas dan beberapa di antaranya bahkan berhasil menjadi semacam "pit stop" untuk penonton sebelum dipersilakan untuk masuk kembali ke "arena balap" yang penuh teror dan jumpscare.