Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Satria Dewa: Gatotkaca", Film Pembuka yang Menarik Meskipun Bukan yang Terbaik

10 Juni 2022   16:14 Diperbarui: 11 Juni 2022   19:13 1532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Satria Dewa GatotKaca (Dokumentasi Satria Dewa Studio (SDS)

Pikiran-rakyat.com
Pikiran-rakyat.com

Nama-nama seperti Rizky Nazar sebagai Yuda atau Gatotkaca, Yasmin Napper sebagai Agni, Omar Daniel sebagai Dananjaya, menjadi contoh aktor muda yang menjadi lead actor di film ini dan nampak dipersiapkan juga untuk proyek film selanjutnya dalam skala yang lebih luas, tentunya jika film pertamanya ini berhasil.

Di mana mereka kemudian beradu akting dengan aktor senior seperti Yatie Surachman, Sigi Wimala, Edward Akbar dan tentu saja aktor laga yang sudah tak asing lagi, Cecep Arif Rahman dan Yayan Ruhiyan.

Penampilan para aktor di film ini rasanya tak perlu dibahas. Semuanya berhasil memberikan penampilan yang terbaik sesuai porsinya masing-masing. Utamanya memang berperan dengan serius namun celetukan jenaka juga cukup banyak hadir untuk menyegarkan suasana.

Seleb.tempo.co
Seleb.tempo.co

Penampilan ensemble cast yang bisa dibilang menjanjikan itu sayangnya tak dibarengi dengan kualitas dialog yang baik. Maksudnya, dialog di sini terasa generik dan banyak yang terasa tidak terlalu penting. Sehingga bukan hanya menganggu pace cerita namun juga dalam hal penciptaan suasana atau atmosfer yang seharusnya serius, tegang, ataupun misterius, justru harus terdistraksi oleh dialog yang overused tersebut.

Contoh paling mudah adalah seluruh dialog yang disampaikan Zsazsa Utari menjadi dialog yang paling tidak terasa penting dan justru malah membuang-buang durasi. Pun dialog "Papa tega" dari Yasmin Napper saat diajak ke ruang rahasia milik ayahnya terkesan tidak pas dan jadi terdengar aneh.

Republika.co.id
Republika.co.id

Begitupun dari sisi editing, bagi saya editing film ini terasa kurang. Entah mengapa, perpindahan antar scenenya terasa jumpy dan kurang halus. Pun pada adegan pertarungan juga seringnya terasa kalau adegan itu memang di fast forward sehingga gerakannya terasa lebih cepat.

Tapi bukan berarti koreografi pertarungannya buruk. Justru fighting scene di film ini bisa dibilang cukup memuaskan meskipun bukan yang terbaik. Cukup pas untuk mengakomodir cerita yang memang didominasi oleh adegan tarung jarak dekat. Apalagi ketika pertarungannya melibatkan Kang Yayan dan Kang Cecep, sudah pasti mantap hasil akhirnya.

Tribunnews.com
Tribunnews.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun