Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"8-Bit Christmas", Petualangan Seru Mencari Nintendo di Hari Natal

22 Desember 2021   11:41 Diperbarui: 22 Desember 2021   14:12 923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
8-bit Christmas (Sumber: Warner Bros. Pictures/HBO GO via VagueVisages.com)

Natal tak bisa dipungkiri selalu identik dengan film bertema festive yang kaya warna, hangat dan pastinya penuh salju. Membuat latar kota di Amerika dan Eropa seakan berhasil mengeluarkan potensi pemandangan terbaiknya, berkat kombinasi lampu-lampu natal yang meriah dan jalanan yang basah karena salju.

Itulah yang membuat film Natal klasik seperti Home Alone, Miracle on 34th Street, bahkan Santa Claus tak pernah terasa membosankan. Begitu pun dengan film natal era baru seperti The Christmas Chronicles dan Love Hard yang ada di Netflix dan 8-Bit Christmas di HBO GO, nampaknya juga berpotensi menjadi holiday classics di momen Natal bertahun-tahun ke depan.

Film yang disebut terakhir itulah yang akan dibahas pada tulisan kali ini. 8-Bit Christmas, sebuah film petualangan Natal yang membawa kita kembali ke nostalgia era 80-an. Era di mana Nintendo dengan konsol gim mutakhirnya di era tersebut, NES, menjadi barang elektronik yang paling diinginkan oleh banyak anak bahkan keluarga di seluruh dunia.

Konsol Nintendo itulah yang nantinya akan menjadi sebab dari berbagai petualangan, konflik, bahkan kekacauan yang terjadi di sepanjang film ini.

Screencrush.com
Screencrush.com

Cerita bermula ketika Annie Doyle (Sophia Reid-Gantzert) meminta sebuah ponsel pintar kepada sang ayah, Jack Doyle (Neil Patrick Harris) sebagai hadiah natalnya. Alih-alih mengabulkan permintaan sang anak, Jack justru memilih untuk menceritakan tentang pengalaman masa kecilnya ketika berjuang dengan begitu keras untuk mendapatkan konsol gim favoritnya.

Latar waktu pun berganti ke tahun 80-an akhir dan penonton pun disuguhi kisah masa kecil Jack Doyle (Winslow Fegley) di momen Natal tahun 1988 di Chicago. Momen masa kecil yang tak terlupakan karena di situlah pertama kalinya ia melihat sebuah konsol gaming canggih pada zamannya yang dimiliki oleh salah satu anak terkaya di wilayahnya, Timmy (Chandler Dean).

Warner Bros. Pictures/HBO GO via imdb.com
Warner Bros. Pictures/HBO GO via imdb.com

Sementara Jack dan kawan-kawannya yang tidak memiliki konsol itu, harus menunggu giliran dipanggil masuk secara acak oleh sang tuan rumah demi bisa merasakan aura magis konsol canggih tersebut. Namun satu insiden besar yang terjadi di rumah Timmy membuat mereka tak bisa lagi untuk datang ke rumah itu.

Mereka pun lantas memikirkan bagaimana caranya untuk bisa mendapatkan konsol gaming yang harganya tidak murah tersebut. Termasuk mau mengikuti salah satu event amal di sekolahnya dengan iming-iming hadiah Nintendo Entertainment System.

Mampukah Jack dan kawan-kawan mendapatkannya?
***

Warner Bros. Pictures/HBO GO via Imdb.com
Warner Bros. Pictures/HBO GO via Imdb.com

Menurut saya, setidaknya ada 3 hal yang membuat sebuah film Natal diingat atau diminati oleh penonton. Seperti yang biasanya kita saksikan melalui film seperti Home Alone, Miracle on 34th Street, atau Jingle All The Way misalnya.

Yang pertama adalah adanya unsur petualangan. Yang kedua, adanya cerita tentang keajaiban Natal. Yang ketiga, ada pesan natal yang kuat dan relevan bagi para penontonnya.

Nah, 8-bit Christmas memiliki 2 unsur yang disebutkan sebelumnya yaitu petualangan dan pesan natal. Sementara unsur keajaiban natalnya tergantikan oleh momen hangat nan realistis yang justru semakin menguatkan pesan natal itu sendiri.

Warner Bros. Pictures/HBO GO via Imdb.com
Warner Bros. Pictures/HBO GO via Imdb.com

Bisa dibilang 8-Bit Christmas adalah sebuah film Natal yang jika dilihat dari covernya nampak seperti promosi terselubung Nintendo jelang Natal. Sama halnya seperti serial asal Jepang Dad of Light (baca di sini) yang merupakan bagian dari promosi gim Final Fantasy XIV dan juga Playstation 4.

Apalagi, Neil Patrick Harris juga merupakan bintang iklan salah satu gim terbaru Nintendo Switch, Big Brain Academy, yang memang sedang gencar dipromosikan sebagai game santai yang cocok dinikmati bersama keluarga di momen libur akhir tahun.

Tidak salah, namun juga tidak 100% benar. Pasalnya meskipun di sini Nintendo mengambil peran cukup besar dalam keseluruhan cerita, namun makna yang terkandung di dalam ceritanya justru jauh lebih besar dari pada sekadar sekumpulan bocah yang berjuang bersama mendapatkan Nintendo impiannya.

Ada banyak pesan positif yang membuat film ini layak ditonton bersama seluruh keluarga di momen Natal weekend ini. Karena film ini mengajarkan dengan jelas kepada anak-anak mengenai artinya perjuangan dan usaha dalam mendapatkan sesuatu alih-alih hanya sekadar meminta atau menunggu datangnya keajaiban. Sesuatu yang sulit dimengerti oleh mayoritas anak-anak di era modern ini.

Dari sisi orangtua pun film ini berhasil memberikan sudut pandang yang tak kalah baik. Ada faktor kehangatan dan harmonisasi antar anggota keluarga yang membuat hal tersebut pantas untuk diingat dan terus dibagikan ke generasi selanjutnya. Ada faktor ketegasan dan kasih sayang yang berjalan beriringan dalam membentuk pribadi seorang anak yang tak mudah menyerah.

Decider.com
Decider.com

Sementara dari sisi petualangan, film ini berhasil memberikan cerita petualangan dan persaingan yang ringan dengan sedikit bumbu bullying dan perlawanannya, yang disampaikan dengan hangat dan jenaka. 

Ya, para aktor cilik di film ini begitu apik dalam memainkan karakter-karakternya sehingga kita tak hanya hanyut dalam setiap emosi yang muncul atas suatu konflik namun juga mampu ikut tertawa terbahak-bahak berkat aksi konyol yang mereka lakukan.

Pujian tentu saja harus disematkan kepada para aktor cilik seperti Winslow Fegley, Che Tafari, Max Malas, dan Santino Bernard, yang tak hanya berhasil menyajikan aksi petualangan yang kocak namun juga mampu membangun chemistry yang baik dalam kisah persahabatan dan perjuangan mereka.

Joblo.com
Joblo.com

Yang paling saya sukai dari film ini adalah bagaimana 8-Bit Christmas mampu memberikan suasana nostalgia 80-an yang kental. Detail-detail seperti sepeda, sepatu, suasana mall di era itu, hingga rumor yang beredar begitu terasa relevan bahkan bagi kita penonton yang ada di wilayah Asia.

Rumor liar di awal booming video game seperti video game bisa membuat anak bodoh, menimbulkan penyakit mematikan, hingga ketakutan bahwa video game akan "membunuh" aktivitas fisik juga turut ditampilkan di film ini. Bagaimana para orangtua begitu takut akan video game yang pada akhirnya berujung pada aksi boikot di beberapa wilayah.

Selain itu, suasana 80-an juga berhasil mengingatkan masa kecil penonton yang tumbuh di era 80 sampai 90-an, bahwasanya di masa itu peran video game dengan fitur yang masih sederhana dan belum secanggih saat ini nyatanya tak banyak mengubah cara hidup anak-anak di masa itu. 

Video game memang ada dan diminati, namun aktivitas bermain seperti naik sepeda bersama, berkeliling blok perumahan, bahkan senang mengunjungi rumah teman yang kaya raya karena nyaman, menjadi beberapa momen yang kita rindukan. Dan semuanya ditangkap dengan sangat baik di film ini.

Pada akhirnya 8-Bit Christmas adalah sebuah film Natal yang terasa sederhana namun terasa mewah dalam penuturannya. Penonton tak hanya disuguhi cerita petualangan kaya nostalgia namun juga suasana Natal yang hangat dan penuh makna.

Karena film ini mengajarkan kita untuk berani berjuang sekaligus harus me-manage ekspektasi.

Bahwasanya tak semua hadiah Natal yang kita inginkan akan terpenuhi. Namun percayalah, semua hadiah Natal yang diberikan kepada kita adalah sesuatu yang memang kita butuhkan, bahkan sesuatu yang akan kuat menjadi kenangan untuk disimpan dan diceritakan kepada anak-cucu nanti.

Imdb.com
Imdb.com

Meskipun hal tersebut tak jarang meninggalkan rasa haru jika mengingat kembali perjalanan mendapatkan "hadiah" tersebut di masa lampau.

Skor 7.5/10 penulis berikan untuk film Natal yang berjalan layaknya era video game 8-bit yaitu sederhana namun terasa "mewah". Ceritanya pun hangat, seru, lucu, sekaligus haru. Menjadi tontonan yang pas disaksikan bersama seluruh anggota keluarga di momen natal tahun ini.

Salam Kompasiana!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun