Namun pada kenyataannya tidak.
Sebagai film yang dimaksudkan sebagai representasi kebudayaan Asia, Shang-Chi tak digarap secara biasa-biasa saja. Kualitasnya bisa dibilang setara dengan Black Panther yang merepresentasikan budaya Afrika.
Bahkan kalau boleh jujur, Shang-Chi jauh lebih "Asia" dibanding live action Mulan yang dirilis tahun lalu. *Sorry Disney, but this is the fact*
 tak sekadar jualan aktor mentereng dari Asia seperti Awkwafina, Simu Liu, Michelle Yeoh, dan Tony Leung. Shang-Chi juga mampu memotret kebudayaan Asia dengan sangat baik walaupun beberapa di antaranya muncul dalam screen time yang tak terlalu lama. Namun hal itu cukup relatable bagi kita sesama orang Asia.
Shang-Chi
Namun lebih dari itu, Shang-Chi menjadi jawaban akan kritik yang terus disematkan kepada Marvel. Bahwasanya selama ini karakter Asia dalam film Marvel selalu menjadi karakter pendukung saja.
Seperti Wong di Dr.Strange, Mantis di GOTG, dan Jimmy Woo di Ant-Man dan WandaVision. Belum lagi MCU senang mengubah karakter utama yang sejatinya Asia menjadi non-Asia seperti The Mandarin yang ternyata diperankan aktor bernama Trevor Slattery (Ben Kingsley) serta The Ancient One yang diperankan aktor asal Inggris, Tilda Swinton.Â
Untuk The Mandarin, untungnya ada "revisi" melalui penjelasan yang masuk akal dalm film pendek All Hail The King dan diperkuat di salah satu scene pada film Shang-Chi.
Ya, penantian karakter utama Asia setelah 25 film MCU dirilis setidaknya terbayar lunas. Bahkan terbayar lebih karena nyatanya Shang-Chi bukanlah sekadar pelengkap. Ia sejatinya juga berperan sebagai game changer untuk masa depan MCU.
Karakter Villain yang Berkualitas