Perguruan Cobra Kai dengan segala brainwashing yang dibangun Kreese memang salah. Namun Johnny sebagai pemuda galau saat itu tidak sepenuhnya salah. Ia hanya berada pada sistem dan pengajaran yang salah yang tanpa ia sadari terus terbawa dalam kehidupan pribadinya bertahun-tahun kemudian setelah Cobra Kai dianggap tidak ada.
Johnny hanya ingin memperbaiki hidupnya, rumah tangganya, dan hubungannya dengan anaknya. Sementara di usia yang sudah tak lagi muda, Johnny justru berada pada satu momen yang pada akhirnya membuka pikirannya tentang apa yang seharusnya dia lakukan. Bahwasanya tujuan hidup dan karate baginya adalah satu benang merah yang tak bisa diputuskan.
Daniel justru terasa annoying dan berlebihan di beberapa momen yang mempertemukannya dengan Johnny. Daniel merasa Cobra Kai dan nilai-nilai negatif yang menjadi warisannya akan terus sama sehingga harus dihentikan. Padahal Johnny hanya ingin membuktikan bahwa ia membangun Cobra Kai yang berbeda.
Gambaran sikap kedua tokoh legendaris di usia dewasa yang kontradiktif itulah yang lantas membuat Cobra Kai tampil begitu segar meskipun tetap membawa akar The Karate Kid yang sudah kita kenal. Cobra Kai tampil dengan suasana baru meskipun pemicu konfliknya tidaklah benar-benar baru.
Berpadu apik dengan kerennya mobil Pontiac Firebird milik Johnny yang kemudian berganti ke Dodge Challenger 2009 di pertengahan musim, maka semakin rock n roll lah suasana yang dibawa serial ini. Klasik, maskulin, namun tetap modern di satu sisi. Visual yang tentu sangat menarik!
Hanya saja bukan lagi sekadar persaingan di dalam arena pertandingan. Melainkan lebih ke persaingan ideologi yang tertanam sejak mereka muda yang kemudian mereka turunkan kepada anak muridnya.
Itulah sebabnya pada serial ini karakter remaja masih memiliki peran cukup krusial dalam menggerakkan inti cerita. Meskipun penonton tetap dibawa ke suasana nostalgia lewat cameo karakter-karakter pada film originalnya. Sehingga legacy The Karate Kid masih terjaga lewat karakter gaek dan pendatang barunya.