Serial ini juga mencoba menangkap sisi lain dari poligami itu sendiri lengkap dengan pesan kuat yang menyertainya. Karena entah keputusan poligami tersebut datang dengan alasan yang cukup kuat ataupun hanya sekadar "nafsu" belaka, keduanya memiliki permasalahan pelik yang menunggu di belakang, di mana seseorang yang menjalankannya harus mempersiapkan hal-hal tersebut dengan sebaik-baiknya.
Penggambaran konflik antara istri pertama dan kedua dalam serial ini benar-benar patut diacungi jempol. Pasalnya meskipun masih dalam koridor komedi yang jenaka, konflik yang terjadi antara Mar dan Nita tampil begitu natural. Duet Cut Mini dan Nirina Zubir benar-benar mampu menghibur sekaligus memainkan emosi penonton.
Bahkan khusus bagi Dea Panendra dan Indra Jegel, keduanya yang berperan sebagai petugas parkir masing-masing restoran mampu menjadi sumber komedi tambahan yang benar-benar menghibur. Tingkah laku serta dialognya yang jenaka memberikan warna tambahan bagi serial ini.
Serupa Tapi Tak Sama
Persaingan rumah makan Padang, adu resep legendaris, hingga pengkhianatan anggota keluarga menuju restoran sebelah, menjadi beberapa contoh faktor yang membuat keduanya tampak mirip.
Namun jika Tabula Rasa mengangkat isu toleransi agama dan ras yang kemudian dilengkapi dengan narasi "harapan semu" dalam menggapai impian di Pulau Jawa, maka Saiyo Sakato lebih mengangkat isu woman empowerment dan berbagai realita manis dan pahit yang mungkin terjadi terkait poligami dari sudut pandang wanita.
Sebuah realita yang masih terjadi hingga kini. Sebuah impian pulau Jawa yang kadang tak seindah yang dibayangkan.