Mulai dari penampakan hantu, adegan kesurupan, hingga third act yang menampilkan sosok 'boss' iblis yang begitu kuat, mampu membuat penonton menikmati setiap visualisasi karakternya. Apalagi adegan gore yang menampilkan banyak darah juga begitu halus dan believable sehingga turut menambah rasa ngeri dan ngilu bagi penonton.
Walaupun jika dibandingkan Ratu Ilmu Hitam, gore pada SIMA2 masih masuk ke dalam tahap 'wajar'.
Singkatnya, SIMA2 berhasil memberikan para penontonnya sebuah sajian horor penuh darah dengan gaya heavy metal layaknya film-film horor cult yang mungkin kita kenal seperti Evil Dead ataupun Army of Darkness.
Sajian Horor Menjanjikan, Minim Peningkatan Cerita
Bisa dibilang SIMA2 sangat menjanjikan sebagai film horor penuh darah yang membangkitkan lagi nostalgia akan film-film cult horror seperti yang sudah disebutkan sebelumnya. Penuh darah, kaya aksi seru, dan menggunakan simbol-simbol iblis yang jamak kita saksikan pada film horor Hollywood.
Premisnya juga masih menarik dan cukup masuk akal pada proses pengembangan konfliknya, khususnya yang dialami sang tokoh utama, Alfie.
Hanya saja jika dibandingkan dengan film pertamanya, SIMA2 cenderung stagnan dalam hal pengembangan cerita dan skripnya. Dialognya masih terasa tidak natural layaknya film pertamanya, bahkan beberapa di antaranya cukup cringe untuk didengarkan.
Sementara sang aktris cilik, Hadijah Shahab, meskipun menampilkan potensi namun dalam film ini pemilihan dialognya terasa sangat garing dan tidak natural.Â
Sangat disayangkan karena peran Hadijah sebagai Nara sejatinya cukup penting untuk membangun chemistry dengan Alfie. Dan karena hal itu jugalah, maka chemistry yang terbentuk di antara mereka berdua nampak biasa saja.