Little Women justru menjelma menjadi semacam perayaan atas kebebasan yang tak hanya mampu berbicara untuk wanita saja, namun juga untuk semua orang. Bahwasanya setiap orang bebas untuk menentukan pilihannya, bertanggung jawab pada mimpi besarnya, dan tak takut menghadapi perubahan hidup yang cepat, di mana semuanya kemudian terukir lewat kehidupan keluarga March tersebut.
Penggambarannya yang tomboy, ambisius, namun juga peduli terhadap keluarga seakan menegaskan bahwa tak selamanya wanita identik dengan kata "lemah", tak peduli di tahun berapa dan di era apa ia hidup.
Soirse Ronan yang sebelumnya juga telah bekerja sama dengan Greta Gerwig lewat film Lady Bird memang nampak semakin menunjukkan kualitasnya di film ini. Saoirse Ronan telah bermetamorfosa menjadi aktris kelas atas yang kualitasnya kemudian bisa kita nikmati melalui kekuatan dialognya, detil emosinya, hingga faktor minor lain semisal perubahan mimik wajah kala menghadapi berbagai "petir kehidupan" yang menyambarnya berkali-kali.
Florence Pugh yang berhasil menjadi sosok Amy yang cantik, penuh rasa penasaran, namun juga rapuh sebagai adik. Emma Watson yang sukses menjadi seorang kakak yang tenang dan selalu menjadi penengah, juga tabah dalam menjalani pilihannya sebagai seorang istri dari pria dengan status ekonomi rendah.
Juga Eliza Scanlen yang believable sebagai adik terkecil yang pemalu, penuh bakat, namun juga sakit-sakitan, menjadi contoh bagaimana film ini begitu kuat dalam meramu penokohan setiap aktor dan aktrisnya hingga membuatnya mampu menampilkan ciri khasnya sendiri tanpa harus repot memberikan penjelasan berlebihan.
Laura Dern sebagai ibunda dari keempat remaja wanita yang kadang kala akur namun tak jarang saling memicu keributan yang berakhir dengan tangisan tersebut, tentu saja menjadi supporting actor yang sangat berarti kehadirannya. Karena Laura Dern kemudian menunjukkan bagaimana peran seorang ibu yang kuat, rendah hati, namun juga harus sabar dan bijaksana dalam menyikapi tiap konflik yang dialami keluarganya.
Bahkan 2019 juga nampak menjadi tahunnya Florence Pugh. Karena ia juga berhasil bersinar pada dua filmnya yang lain yaitu Fighting With My Family dan Midsommar, di mana keduanya sama-sama mampu "memaksa" dirinya mengeluarkan potensi terbaiknya dalam tiap genre film yang berbeda.