Drama Aksi yang Tak Hanya Seru Namun Juga Menyentuh
Darah Daging bisa dibilang memiliki performa yang melebihi ekspektasi penulis. Bahkan jika boleh jujur, film ini menjadi counter programming yang cukup worth untuk disaksikan di tengah gempuran Jumanji dan Frozen IIÂ yang hingga kini masih menguasai layar bioskop nasional.
Setidaknya ada beberapa hal yang menentukan film heist, dalam hal ini film Darah Daging, menarik atau tidak untuk disaksikan. Yang pertama adalah motif atau latar belakang tindakan mereka. Yang kedua adalah eksekusi aksinya. Dan yang terakhir adalah konklusi atas segala tindakan yang mereka lakukan.
Dikarenakan film ini memulainya dengan adegan perampokan terlebih dahulu, maka dalam pembentukan latar belakang atau motif tindakan perampokan yang dilakukan oleh para tokoh utamanya, film ini menggunakan pendekatan flashback untuk menjelaskannya. Tricky namun beruntung hal tersebut berhasil dengan mulus dieksekusi.
Tiap-tiap karakternya mendapatkan porsi penceritaan latar belakang yang cukup padat. Pun dengan alasan-alasan yang menjadi dasar atas tindakan perampokan yang mereka lakukan masih terasa logis dan terbangun dengan cukup apik. Ya, kecuali karakter Borne-nya Tanta Ginting yang terasa kurang solid penceritaan latar belakangnya sehingga nampak muncul sebagai pelengkap saja.
Karena pujian jelas patut disematkan pada dua nama baru yaitu Rangga Nattra dan Arnold Leonard. Keduanya seakan menjadi angin segar di tengah kemunculan aktor Indonesia yang terkesan itu-itu saja.
Penampilan mereka di sini jelas mampu jadi sorotan. Sehingga menurut penulis, sudah sangat layak bagi mereka untuk bisa diberikan kesempatan bermain di proyek film lain yang lebih menantang.
Sedangkan untuk eksekusi aksinya, meskipun tidak terasa spesial namun cukup baik dalam menghadirkan nuansa pertempuran sengit dan mencekam antara polisi melawan perampok.