Tentunya hal ini menjadi lompatan teknologi yang luar biasa setelah Moana pertama kali memukau penonton dengan hal tersebut sebelum kemudian Toy Story 4Â melampauinya dan Frozen IIÂ pun kemudian menyempurnakannya.
Tak hanya itu, detail karakter juga menjadi hal yang paling menarik perhatian penulis. Bagaimana latar waktu Frozen II yang memang beberapa tahun setelah film pertamanya, mampu ditranslasikan dalam bentuk wajah Anna dan Elsa yang semakin dewasa.Â
Bahkan detail pada wajah masing-masing berhasil membuat kita paham bahwa wajah Elsa yang flawless jelas berbeda dengan Anna yang cenderung tidak terlalu mulus.
Pun begitu dengan detail pada setiap helai rambut sang Princess yang begitu memukau. Apalagi ditambah dengan detail kain pada pakaian yang mereka kenakan, jelas menjadi kombinasi luar biasa yang membuatnya nampak realistis.
Dengan poin-poin di atas, sudah jelaslah mengapa kemudian Frozen IIÂ penulis sebut semakin menawan dalam hal detail animasinya.
Disney Princess Tak Harus Memiliki Super Villain
Namun perkembangan zaman yang lebih modern juga menuntut adanya konflik yang lebih relevan dan tak hanya sekadar jagoan lawan penjahat, agar kelak pesan-pesan di dalamnya dapat tersampaikan dengan maksimal.
Pada film sebelumnya, Elsa dan Anna memang memiliki sosok villain bernama Hans. Namun ia bukan menjadi inti konfliknya, melainkan sosok penjahat yang berperan mengeluarkan potensi terbaik dari konflik utamanya.
Konflik utamanya sendiri kala itu adalah tema ketakutan melawan cinta yang lantas tergambar melalui cinta yang mampu mengubah Elsa dari sosok 'the cursed princess' menjadi sosok 'lovable princess'. Pengendalian diri dan rela berkorban kemudian juga menjadi tambahan pesan yang berhasil disampaikan secara subtil ataupun secara terang-terangan.
Di installment keduanya ini, konflik tematik lantas masih tetap dipertahankan. Yaitu dengan usaha mengungkap kebenaran masa lalu menjadi poin utama penceritaannya yang lagi-lagi tanpa menyertakan sosok super villain.