Tak hanya itu, gambaran kota fiktif Smeerenburg yang dingin penuh salju ditambah dengan penduduknya yang selalu menunjukkan sikap tak semangat dan apatis sebelum kebahagiaan ala Mr. Klaus datang, menjadi gambaran sederhana tentang bagaimana kegelapan hanya bisa dilawan dengan kebaikan.
Pun tentang bagaimana awal mula Mr.Klaus hanya memberikan hadiah khusus untuk anak-anak baik juga bisa menjadi life lesson yang berguna bagi anak-anak. Karena sejatinya ajaran tentang hadiah ada setelah terlebih dulu melakukan satu usaha, masih sangat relevan untuk disampaikan kepada anak-anak generasi masa kini.
Meskipun berlatar salju dan kental nuansa natal, Klaus bukanlah faith based movies atau disini dikenal dengan sebutan film religi. Namun nilai-nilai moral yang ditanamkannya justru tak kalah dengan apa yang disajikan oleh film faith based.
Visualisasi 2D yang Memikat
Cukup unik juga ketika mengetahui bahwa Netflix memutuskan untuk membuat film animasi natalnya ke dalam visualisasi 2D. Di mana hal ini sejatinya sudah cukup lama ditinggalkan oleh studio animasi seperti Disney dan Dreamworks, karena lebih fokus berlomba pada pengembangan teknologi animasi 3D mereka yang lebih realistis.
Namun ketika akhirnya film Klaus melakukan debutnya, kualitas animasinya ternyata di atas ekspektasi penulis. Klaus begitu indah, memukau, namun di satu sisi juga membangkitkan nostalgia akan jenis animasi 2D lawas yang dulu jamak ditelurkan oleh Disney.
Klaus memang memiliki basis model 2D animation. Namun di beberapa adegan yang memunculkan detail dari efek angin dan cahaya misalnya, film ini kemudian mengkombinasikannya dengan teknologi 3D sehingga membuatnya nampak klasik dan modern di saat bersamaan. Persis seperti yang ditampilkan oleh berbagai anime modern asal Jepang.
Goresan karakternya yang khas Amerika, lantas dikombinasikan dengan latar yang nampak seperti lukisan tangan. Pun Sehingga menyaksikan Klaus rasanya seperti masuk ke dalam lukisan cat minyak yang indah nan surealis.
Klaus juga seakan menegaskan bahwa penggunaan teknologi 2D pada film-film animasi di era sekarang bukanlah sebuah dosa yang harus dibuang. Justru animasi 2D bisa menjadi alternatif di tengah kebosanan penonton akan animasi 3D yang sedemikan banyaknya.
Animasi 3D memang menawarkan visualisasi yang lebih gegap gempita, lebih realistis dan lebih kaya warna. Namun animasi 2D juga menawarkan pengalaman spiritual yang berbeda terkait kesederhanaan cerita dan kreatifitas visual tanpa batas ke dalam sebuah dimensi yang (katanya) cukup terbatas.