Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Klaus", Kehangatan Cerita Natal dalam Balutan Animasi 2D yang Memikat

22 November 2019   16:27 Diperbarui: 22 November 2019   16:37 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak hanya itu, gambaran kota fiktif Smeerenburg yang dingin penuh salju ditambah dengan penduduknya yang selalu menunjukkan sikap tak semangat dan apatis sebelum kebahagiaan ala Mr. Klaus datang, menjadi gambaran sederhana tentang bagaimana kegelapan hanya bisa dilawan dengan kebaikan.

Kota Smeerenburg (deadline.com)
Kota Smeerenburg (deadline.com)
Pun tentang bagaimana awal mula Mr.Klaus hanya memberikan hadiah khusus untuk anak-anak baik juga bisa menjadi life lesson yang berguna bagi anak-anak. Karena sejatinya ajaran tentang hadiah ada setelah terlebih dulu melakukan satu usaha, masih sangat relevan untuk disampaikan kepada anak-anak generasi masa kini.

Meskipun berlatar salju dan kental nuansa natal, Klaus bukanlah faith based movies atau disini dikenal dengan sebutan film religi. Namun nilai-nilai moral yang ditanamkannya justru tak kalah dengan apa yang disajikan oleh film faith based.

Visualisasi 2D yang Memikat

Cartoonbrew.com
Cartoonbrew.com

Cukup unik juga ketika mengetahui bahwa Netflix memutuskan untuk membuat film animasi natalnya ke dalam visualisasi 2D. Di mana hal ini sejatinya sudah cukup lama ditinggalkan oleh studio animasi seperti Disney dan Dreamworks, karena lebih fokus berlomba pada pengembangan teknologi animasi 3D mereka yang lebih realistis.

Namun ketika akhirnya film Klaus melakukan debutnya, kualitas animasinya ternyata di atas ekspektasi penulis. Klaus begitu indah, memukau, namun di satu sisi juga membangkitkan nostalgia akan jenis animasi 2D lawas yang dulu jamak ditelurkan oleh Disney.

Kombinasi 3D dalam goresan 2D yang memikat (thrillist.com)
Kombinasi 3D dalam goresan 2D yang memikat (thrillist.com)
Klaus memang memiliki basis model 2D animation. Namun di beberapa adegan yang memunculkan detail dari efek angin dan cahaya misalnya, film ini kemudian mengkombinasikannya dengan teknologi 3D sehingga membuatnya nampak klasik dan modern di saat bersamaan. Persis seperti yang ditampilkan oleh berbagai anime modern asal Jepang.

Goresan karakternya yang khas Amerika, lantas dikombinasikan dengan latar yang nampak seperti lukisan tangan. Pun Sehingga menyaksikan Klaus rasanya seperti masuk ke dalam lukisan cat minyak yang indah nan surealis.

Klaus juga seakan menegaskan bahwa penggunaan teknologi 2D pada film-film animasi di era sekarang bukanlah sebuah dosa yang harus dibuang. Justru animasi 2D bisa menjadi alternatif di tengah kebosanan penonton akan animasi 3D yang sedemikan banyaknya.

Animasi 3D memang menawarkan visualisasi yang lebih gegap gempita, lebih realistis dan lebih kaya warna. Namun animasi 2D juga menawarkan pengalaman spiritual yang berbeda terkait kesederhanaan cerita dan kreatifitas visual tanpa batas ke dalam sebuah dimensi yang (katanya) cukup terbatas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun