Mobil terbang jelas tidak ada. Pun pasukan robot atau komunikasi via hologram juga tidak ada. Namun kondisi sosial politik yang ada dalam latar kota London tahun 2027 lah yang justru nampak familiar dengan apa yang sudah terjadi saat ini.
Adalah cerita karya novelis science fiction ternama, P.D. James berjudul sama yang kemudian menjadi premis utama film ini.Â
Meskipun kemudian Alfonso Cuaron merubah 90% jalan ceritanya yang membuatnya berbeda dengan novelnya -seperti dilansir dari laman sbs.com.au- , namun latar distopia London, nama karakter, dan konflik utama tetap dipertahankan.
Pada Children of Men, London tahun 2027 bukan hanya berperan sebagai kota modern. Namun juga memiliki peran sebagai pusat dari peradaban dan tanah impian bagi banyak orang.Â
Karena di tengah kehancuran kota lain akibat perang, London lah yang masih tetap berdiri tegak tanpa ada gangguan apapun.
London pun menjadi semacam tempat tujuan bagi banyak pengungsi yang kemudian disebut sebagai "fugee" pada film ini, kependekan dari kata "refugee".Â
Namun banyaknya pengungsi menyebabkan London memagari dirinya dan menyaring para pengungsi yang masuk layaknya hewan yang ada di kandang.Â
![Tribecafilm.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/10/23/images-2019-10-23t131359-499-5daff15a097f36360a31f6f2.jpeg?t=o&v=555)
Pada gambaran sebuah dunia di mana kehamilan berhenti, masyarakat lantas mulai kehilangan harapannya pasca kematian seorang remaja 18 tahun bernama Diego atau dikenal sebagai Baby Diego, satu-satunya bayi yang berhasil lahir, hidup dan tumbuh selama 18 tahun terakhir.Â
Dunia lantas meratapi kesedihannya dan beberapa orang meyakini bahwa bencana kemandulan ini adalah hukuman Tuhan atas keserakahan manusia. Tuhan mengambil sesuatu yang paling berharga dari manusia yaitu kehidupan dan harapan.
Di sisi lain kita diajak mengenal Theo Faron(Clive Owen) yang pertemuannya dengan mantan istrinya, Julian(Julianne Moore), membawanya kepada misi penyelamatan seorang perempuan bernama Kee ke sebuah daerah yang dianggap aman.Â