Ia tak ragu membuat jokes dari seseorang yang nampak "pantas" dijadikan bahan olok-olok massa hanya karena penampilannya, tanpa peduli akan latar kisah dibelakangnya. Sebuah gambaran relevan dari kehidupan sosial yang terjadi saat ini.
Arthur memang membuat kita empati pada kerasnya kehidupan yang dialaminya, pada tragedi demi tragedi yang menimpanya. Namun Arthur tidak meromantisasi tindakannya menjadi sebuah pembenaran yang membuatnya nampak menjadi anti-hero yang kemudian dicintai.Â
Arthur tetaplah Arthur dengan kegilaan yang dirinya sendiri pun menyadarinya.
Arthur mungkin adalah sebagian dari manusia yang tertindas oleh lingkungan sosialnya. Arthur mungkin adalah sebagian dari manusia yang tak bisa berbicara lantang kepada penguasa. Arthur mungkin adalah sebagian dari manusia yang nalurinya mati karena kekecewaan demi kekecewaan yang menimpa sepanjang hidup.
Meskipun kemudian ia berdiri bak malaikat bagi sebagian orang yang mendukungnya, namun Arthur tetaplah penjahat yang selama ini kita kenal.Â
Penjahat yang tak hanya berperan dalam  berbagai kegilaan di Gotham City, namun juga menjadi semacam interpretasi dari Yin-Yang pada sosok caped crusader kelak.
Jika Jack Nicholson berubah menjadi sosok psikopat setelah dilemparkan ke dalam cairan kimia yang merusak wajahnya, maka Joaquin Phoenix berubah menjadi sosok menakutkan pasca dilemparkan ke dalam sebuah lingkungan sosial yang tegas memisahkan antara golongan atas dan golongan bawah.Â
Joaquin nampak memasukkan segala lika-liku kehidupan, penolakan  dan ketidakadilan hidup ke dalam satu sosok yang memaksa dirinya sendiri untuk memasang wajah bahagia.
Tak meyakinkan juga untuk bisa disebut sebagi penjahat, melainkan hanya sebagai pria dengan tingkat delusi yang mengkhawatirkan. Namun semuanya berubah ketika ia dengan dinginnya melakukan pembunuhannya yang pertama.
"Is it just me or is it getting crazier out there?"-Arthur Fleck.