Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Menertawakan Tragedi ala "Joker"

3 Oktober 2019   08:52 Diperbarui: 3 Oktober 2019   21:13 2694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arthur Fleck sebagai Joker (cbr.com)

Joker dalam tarian delusionalnya (indiatoday.in)
Joker dalam tarian delusionalnya (indiatoday.in)
Itulah sebabnya, film ini lebih mengedepankan sosok Arthur Fleck itu sendiri, bukan The Joker seperti yang selama ini kita kenal. 

Joker di film ini, hanyalah menjadi semacam interpretasi atas tragedi dan kegagalan sang komedian dalam menghadapi kehidupannya, melawan ketidakadilan yang diterimanya, hingga membuatnya tak punya kesempatan untuk berpikir positif apalagi menghibur diri sendiri dan orang lain.

Namun setidaknya, dia masih bisa tertawa.

Singkatnya, Joker adalah sebuah film tentang mental illness yang kemudian bersembunyi dibalik sosok penjahat psycho terpopuler di dunia. Sama seperti Nolan yang menggarap film politik dengan unsur Batman yang kemudian dimasukkan ke dalamnya.

"I used to think that my life was a tragedy. But now I realize, it's a comedy."-Arthur Fleck

Yang patut diapresiasi dari sutradara Todd Phillips(Hangover trilogy, Starsky & Hutch) dan penulis skenario Scott Silver(The Fighter, The Finest Hour) adalah bagaimana mereka kemudian mampu mengkombinasikan unsur komik dan Joker era modern menjadi satu kesatuan yang kokoh.

Sebagian cerita dalam komik The Killing Joke yang menjadi materi awal pembentukan karakter Arthur Fleck, lantas berpadu dengan sosok Joker yang psikopat, yang sebelumnya berhasil dihidupkan oleh mendiang Heath Ledger. Menjadikan Joker-nya Phoenix sebagai sosok baru yang belum pernah kita lihat sebelumnya.

Joker (geektyrant.com)
Joker (geektyrant.com)
Perubahannya dari sesosok orang tertindas hingga kemudian mampu melampiaskan amarah terkait tragedi kehidupannya dalam sebuah ledakan tawa yang memuakkan, nyatanya mampu dimunculkan dalam step-step yang membuat kita percaya. 

Baik Frances Conroy sebagai Penny Fleck, Brett Cullen sebagai Thomas Wayne hingga Robert de Niro sebagai Murray Franklin, nampak kokoh sebagai sumber alasan terkait perubahan sosok Arthur. 

Ya, setidaknya itulah yang dipercaya oleh Arthur dan delusinya.

Robert de Niro sebagai raja komedian yang terkenal seantero publik lewat variety shownya, tak ubahnya kebalikan dari sosok Joker, sang raja komedi itu sendiri. 

Jika Joker menganggap seluruh hidup dan tindakannya adalah komedi, maka Murray yang diperankan de Niro, nampak sebagai interpretasi banyak orang yang berbahagia diatas penderitaan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun