Tak lupa IT: Chapter Two ini juga lebih brutal dan banyak memiliki adegan yang membuat kita bergidik ngilu. Jadi bukan hanya menyeramkan, namun juga mengerikan berkat lebih banyaknya darah yang muncul di sepanjang film. Bahkan ada satu adegan yang nampaknya menjadi penghormatan akan apa yang pernah muncul dalam film klasik The Shining. Apa itu? Anda pasti bisa menebaknya jika sudah pernah menyaksikan The Shining.
Sisi Drama yang Lebih Difokuskan
Andy pun lebih dulu memperlihatkan ketakutan apa saja yang sejatinya masih ada dalam diri mereka masing-masing, entah dalam penyampaiannya secara tersirat atau langsung, sehingga hal tersebut menjadi dasar yang kuat bagi tokoh-tokoh tersebut kala diharuskan melawan kembali Pennywise yang diketahui sangat manipulatif.
Bagaimana 27 tahun pasca pertarungan mereka dengan Pennywise dan hal-hal apa saja yang terlewati pasca mereka berpisah, tentunya menjadi semacam momen bercerita yang tak boleh dilewatkan oleh sekelompok sahabat ketika kembali berkumpul bukan? Dan hal tersebut nyatanya mampu diinterpretasikan oleh Andy Muschietti lewat adegan makan bersama di sebuah restoran China yang penuh canda dan tawa.Â
Momen tersebut memang terbukti mampu menciptakan suasana hangat dan membuat kita percaya akan persahabatan mereka sebelum teror Pennywise mulai mengancam mereka beberapa saat kemudian.
Dan flashback tersebut menjadi porsi yang cukup besar untuk menciptakan konflik baru di film ini. Hanya saja, kemunculan adegan backstory tersebut terkadang terasa kurang pas, hanya demi menjelaskan "token" apa yang mereka perlukan untuk melawan Pennywise.
Bahkan Pennywise pun nampak tak memiliki ambisi memburu dan membunuh yang kuat seperti film pertamanya. Tentunya hal tersebut memiliki pengaruh cukup besar pada adegan final yang terasa kurang greget meskipun memang cukup mencapai titik klimaksnya untuk sebuah momen penyelesaian sebuah cerita.
Tentang Rasa Takut dan Homofobia