Tak hanya itu, Quentin Tarantino pun berhasil menyelipkan berbagai kritikan sosial yang terjadi di masa itu dengan cukup halus. Sehalus dialog yang nampak santai namun ternyata menyimpan pesan yang cukup dalam terkait kondisi sosial politik yang terjadi di masa itu.
Sedikit saran dari penulis, sebaiknya sebelum menonton film ini terlebih dahulu membaca beberapa referensi soal pop culture era 60 dan tragedi Sharon Tate itu sendiri. Agar bisa lebih menikmati dan memahami kejutan apa yang sejatinya disiapkan oleh Tarantino terkait dua hal tersebut.
Penutup
Deretan cast-nya tidak ada yang mengecewakan meskipun memang porsi mereka di beberapa bagian tak memiliki dampak yang begitu berarti. Seperti penceritaan Sharon Tate misalnya.Â
Di mana sejatinya Tarantino bisa bermain-main lebih lagi lewat talenta menjanjikan Margot Robbie, namun sayangnya penampilannya justru sering muncul sekilas, tanpa dialog dan (maaf) tanpa arti.
Hanya saja film ini memang tidak ditujukan untuk semua orang. Bagi yang suka dengan cara bercerita Tarantino, tentu saja akan terpuaskan dengan film ini. Terlebih banyak "selipan" yang memang akan anda ketahui jika sebelumnya rajin menonton karya-karyanya.
Once Upon a Time in Hollywood pada akhirnya menjadi sebuah sajian drama komedi dengan sentuhan satir yang cukup solid. Hanya saja, hasil akhir dari permainan imajinasi liar Tarantino yang menggabungkan unsur fiksi & kejadian nyata tersebut nampak tak sekuat film Tarantino sejenis yaitu Inglourious Basterds.Â
Entahlah, mungkin Tarantino memang benar-benar ingin mengaplikasikan konsep ending dari sebuah cerita yang diawali dengan perkataan "Once upon a time in.."
Maka 8,5 dari 10 pun kemudian menjadi skor yang diberikan penulis untuk film ini, menimbang dari poin-poin pembahasan yang telah disebutkan di atas.