Layaknya sebuah permainan petak umpet, disini penonton akan diberikan banyak adegan spekulatif yang dilengkapi dengan teknik permainan kamera brilian dari Bret Jutkiewicz, yang semakin membuat kita ikut menebak, kapan atau apa teror yang bakal muncul kemudian. Praktis deretan jumpscare pun berhasil diciptakan dan mengundang teriakan kencang dari kursi penonton.
Tak hanya itu, banyaknya adegan banjir darah atau gore juga membuat film ini cukup mengundang rasa ngilu di beberapa adegannya. Meskipun tingkat gore di film ini pun sejatinya masih bisa diterima dan tak berlebihan layaknya franchise Texas Chainsaw Massacre atau SAW misalnya.
Sementara dari sisi produksi lainnya tak ada yang mengecewakan. Baik tata cahaya, latar rumah tua yang digunakan dan komposisi scoring yang apik sekaligus creepy, sangat mendukung terciptanya kondisi rumah LeDomas yang kelam dan bak labirin.
Sementara desain busana yang digunakan oleh tiap-tiap anggota keluarga LeDomas dan gaun pengantin yang digunakan Samara Weaving berhasil memadukan unsur klasik dan modern yang stylish, yang memang nampak ingin ditonjolkan pada film ini.
Pujian patut disematkan pada Samara Weaving yang berhasil menghidupkan karakter Grace dengan sangat apik. Jika dalam film original Netflix berjudul The Babysitter ia menjadi pemburu, maka di film ini justru ialah yang menjadi target buruan. Dan dua peran berbeda tersebut nyatanya bisa dimainkannya dengan cukup meyakinkan.
Bisa dibilang, perkembangan karakternya mirip dengan apa yang ditampilkan Matilda Lutz di film Revenge. Dimana di balik kuatnya perlawanan yang muncul karena kondisi yang penuh keterpaksaan, kita masih bisa merasakan ketakutan dan kebingungan atas tragedi yang terjadi hingga kemudian muncul dalam bentuk teriakan pilu dan berbagai gestur emosional lainnya yang tentu saja tak kalah lirih. Tentu, perubahan sisi emosional ini cukup membuat karakter ini tampil realistis sekaligus berhasil menunjukkan pesan woman empowerement yang tegas di satu sisi.
Tentang Kritikan Sosial di Tengah Rangkaian Teror
Sementara kritik sosial terhadap para orang kaya yang kerap bisa bebas bertindak apapun bahkan menjadikan orang-orang lemah layaknya sebuah mainan bagi keuntungan mereka sendiri, jelas tergambarkan dari rentetan teror yang mendera Grace dalam film ini. Tentu saja gambaran terhadap keluarga disfungsional juga muncul lewat pribadi aneh dan tak kompak antar anggota keluarga LeDomas.