Franchise Fast and Furious atau disingkat sebagai Fast Series, memang telah menjelma menjadi salah satu franchise dengan pendapatan raksasa dan memiliki basis fans besar di seluruh dunia. Total pendapatan ke-8 filmnya di seluruh dunia yang sebesar 5 Milyar USD (dilansir dari Box Office Mojo), tentu menjadi bukti betapa besar nilai franchise yang memulai debut film pertamanya 18 tahun lalu.Â
Perubahannya dari film bergenre street racing berbudget rendah ke film high-action packed berbudget raksasa, jelas membawa perubahan dan warna baru yang begitu nyata.Â
Dilansir dari Box Office Mojo, seri pertamanya The Fast and The Furious bahkan hanya memiliki budget sekitar 38 Juta USD sebelum mendapatkan keuntungan sekitar 207 Juta USD.Â
Bandingkan dengan seri terakhirnya The Fate of The Furious yang memiliki budget sekitar 250 Juta USD untuk kemudian mendapatkan keuntungan sebesar 1,2 Milyar USD. Sangat berbeda bukan?
Sejak sosok Hobbs alias Dwayne Johnson muncul pertama kali alam installment kelima Fast Series, Fast Five, kehadirannya di tengah-tengah Dom dan kawan-kawan sejak saat itu memang membawa perubahan nyata dalam warna franchise Fast & Furious. Dimana pada akhirnya franchise ini mulai lebih banyak memasukkan unsur action di dalamnya.
Begitupun dengan Jason Statham yang juga mencuri perhatian dengan sosok Deckerd Shaw nya. Muncul pertama kali pada Fast & Furious 6, Shaw yang digambarkan memiliki kemampuan bela diri dan menyetir luar biasa kemudian menjadi sosok villain yang benar-benar menyulitkan Dom dan kawan-kawan.
Dengan seri ketujuh yang pada akhirnya mempertemukan Hobbs & Shaw di satu layar untuk pertama kalinya, seri ke-8 lah yang pada akhirnya membawa dampak besar terhadap jalan cerita spin-off nya kali ini. Love-hate relationship yang dimiliki keduanya pun lantas dieksploitasi lebih dalam pada spin-off berjudul Fast and The Furious Presents: Hobbs & Shaw ini.
Lantas, apakah spin-off ini masih membawa semangat dan warna yang sama dengan Fast Series?
Sinopsis
Hobbs tetap berada di Amerika sembari menghabiskan waktu dan berjuang mempertahankan hubungan dengan putrinya, sementara Shaw pulang ke kampung halamannya di London.
Keduanya pun lantas dipertemukan kembali ke dalam sebuah misi yang sama yang ternyata semakin rumit karena melibatkan adik dari Shaw, Hattie (Vanessa Kirby), seorang agen rahasia Inggris alias MI6.Â
Hattie pun kini berada dalam masalah karena dirinya dianggap sebagai pengkhianat dan dituduh membunuh rekan-rekannya kala berusaha menyelamatkan virus paling mematikan di dunia yang juga diperebutkan oleh pihak tak bertanggung jawab.
Dialah Brixton (Idris Elba), seorang pemimpin kelompok teroris dunia dengan tubuh semi robot yang juga menjalankan aksi terorismenya lewat aksi propaganda dan berita hoax yang dijalankannya lewat media.
Kini, nasib dunia pun lagi-lagi dipertaruhkan. Bahkan nasib dunia kini berada dalam genggaman duo botak yang terpaksa harus bekerjasama kembali demi terciptanya kedamaian dunia.
Sajian Aksi Komedi yang Seru dan Menghibur
Namun layaknya film-film yang memiliki sosok Dwayne Johnson di dalamnya, film dengan cerita klise ini nyatanya tetap mampu menghadirkan unsur aksi yang seru, menghibur dan meninggalkan rasa bahagia kala keluar dari pintu bioskop. Tak berlebihan jika kemudian saya menyebutnya sebagai film dengan sajian aksi menghibur yang kita butuhkan saat ini.
Sejak awal film, sutradara David Leitch (Deadpool 2, John Wick), sudah memberikan semacam hint bahwa film ini akan menjadi film yang fun sekaligus seru untuk ditonton. Lagu bertema akustik Time in A Bottle milik YUNGBLUD yang menjadi pembuka adegan baku tembak antara Vanessa Kirby dan Idris Elba saja sudah mengisyaratkan bahwa film ini bakal memiliki nuansa "ngawur" yang sama layaknya Deadpool.
Dan benar saja ketika film mulai memperkenalkan kedua tokoh utamanya, menjadi dua adegan berbeda dengan unsur komedi yang kental yang kemudian dikolase untuk menguatkan perbedaan sosok keduanya. Hobbs yang memulai paginya dengan workout demi menjaga otot, lebih memiliki sikap masa bodoh dan nampak bersiap menghempaskan siapapun yang menghalanginya. Berbeda dengan Shaw yang jauh lebih kalem, rapi dan terorganisir harinya sejak ia bangun di pagi hari.
Permulaan adegan itupun sejatinya sudah cukup menguatkan siapa itu sosok Hobbs & Shaw, bahkan bagi yang baru pertama kali mengikuti franchise Fast & Furious.
Jokes kedua tokoh utama mengalir begitu natural dan membuat keduanya nampak begitu bodoh di beberapa adegan namun hebatnya hal tersebut tak mengurangi kharisma keduanya. Mungkin mirip-mirip apa yang disajikan Chris Hemsworth lewat Thor-nya Taita Waikiki.
Tak lupa, dua bintang tamu yang namanya sendiri bahkan tak disertakan dalam deretan cast di situs IMDB, mampu menambah unsur komedi segar di dalam film ini. Jokes yang dihadirkan keduanya praktis membuat seisi bioskop tertawa terpingkal-pingkal dan pastinya menjadi kejutan yang menyenangkan.
Sementara dari sisi aksi tak ada yang perlu dikhawatirkan. Hobbs & Shaw sukses menghadirkan film aksi musim panas yang memang kita butuhkan. Menghibur, seru dan pastinya dibumbui dengan berbagai adegan aksi tidak masuk akal khas Fast & Furious series.
Kehadiran Idris Elba sebagai villain utama jelas mampu mencuri perhatian. Sosoknya yang kalem namun mematikan jelas cukup merepotkan duo botak tersebut. Ya, meskipun background aksi jahatnya tak benar-benar disampaikan dengan baik di film ini.
Tak lupa, film ini juga mengangkat budaya Samoan yang mungkin sudah jarang terekspos saat ini. Dengan Johnson, Statham dan Cliff Curtis sebagai Jonah yang bersatu di akhir film, menjadikan adegan akhir di tanah Samoan ini sebagai salah satu ending terbaik Fast Series. Tarian perang mereka yang dijuluki Siva Tau, jelas lebih dari cukup untuk menghasilkan memorable moment bagi para fans Fast Series.
Selipan Pesan tentang Keluarga yang Tetap Melekat
"The most important thing in life will always be the people in this room. Right here, right now. Salute, mi familia" - Dominic Toretto-
Maka kita tak akan heran lagi bagaimana Shaw menjadi sosok yang cuek dan mementingkan diri sendiri sementara Hobbs menjadi sosok yang friendly namun dilain sisi juga menyebalkan. Namun satu hal, untuk keluarga keduanya menjadikan hal tersebut sebagai nomor satu. Mempertahankan keluarga tak peduli seperti apa kondisi keluargamu, jelas menjadi pesan penting yang ingin disampaikan melalui film ini.
Sebuah pesan klise nan sederhana namun relate dengan kondisi dunia saat ini yang rawan perpecahan bukan?
Penutup
Selama 2 jam lebih kita akan disuguhi berbagai aksi memukau yang terkadang tak masuk logika. Unsur komedi dan pesan kekeluargaannya jelas membuat kita tak habis-habisnya tertawa melihat aksi konyol keduanya sembari terenyuh akan sikap mereka yang tetap mementingkan keluarga dibalik kehidupan liar mereka.
Karena ini adalah film lepas, maka bagi anda yang belum pernah menyaksikan satupun film dalam franchise Fast & Furious, tak perlu menyaksikan seri-seri sebelumnya untuk menikmati film ini. Namun jika ingin menonton sebagai pendahuluan, maka bisa memulainya dari seri Fast Five hingga FF8.
Hobbs & Shaw tayang mulai 31 Juli 2019. Jangan langsung pulang begitu film selesai, karena ada beberapa after credit scene yang muncul sampai credit title benar-benar berakhir.
Selamat menonton. Salam Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H