Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Shaft", Tiga Generasi John Shaft dalam Rangkaian Aksi Komedi yang Menghibur

3 Juli 2019   06:50 Diperbarui: 7 Juli 2019   15:49 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

48 tahun yang lalu, film berjudul Shaft pertama kali muncul dan tak hanya dicintai penonton namun juga dipuji banyak kritikus. Tak hanya menawarkan deretan aksi seru lewat performa apik Richard Roundtree sebagai detektif kulit hitam, John Shaft, namun juga menawarkan sub-genre blaxploitation dengan tema yang relevan pada saat itu.

Sekadar informasi, blaxploitation sendiri merupakan sub-genre yang hadir di era 70-an awal, dimana mengeksploitasi peran serta kebudayaan kulit hitam di dalamnya untuk menarik minat penonton kulit hitam.

Meskipun populer, namun sub-genre ini mendapatkan banyak kritikan terkait stereotip kultur didalamnya. Peran utama seorang penjahat atau tema kehidupan kriminal yang kental, kerap menjadi sajian utama film-film dalam sub-genre ini.

Hollywoodreporter.com
Hollywoodreporter.com
Film-film semisal Shaft, Foxy Brown, Cleopatra Jones dan Super Fly, menjadi contoh beberapa film populer dalam sub-genre ini. Namun sejak Ronald Reagen muncul dengan kampanye 'Make America Great Again'-nya mencuat di akhir 70-an, sub genre ini nampak mati dan rumah produksi cenderung menaikkan popularitas genre lain semisal sci-fi dan buddy cop layaknya Die Hard.

Hingga tahun 1974, total 3 film dan 1 serial televisi Shaft menjadi penanda kepopuleran franchise ini di negeri paman Sam. Hingga kemudian lama tak terdengar, di tahun 2000 New Line Cinema membuat ulang film ini dengan Samuel L. Jackson didapuk sebagai pemeran utamanya.

Shaft versi 2000 (blu-ray.com)
Shaft versi 2000 (blu-ray.com)
Sama-sama berjudul Shaft, versi tahun 2000 nya kemudian membawa isu rasial ke dalam filmnya dengan tetap mempertahankan unsur originalnya semisal musik, unsur komedi dan ragam aksi yang tentunya menghibur. Richard Roundtree pun kemudian mengulang performanya sebagai John Shaft senior dan tampil sebagai cameo di film ini sebagai paman dari John Shaft-nya Samuel L.Jackson.

Dan di tahun ini, Shaft menjadi salah satu proyek "menghidupkan" kembali film-film blaxploitation lawas bersama dengan Foxy Brown, Super Fly dan Cleopatra Jones. Dimana kali ini mengangkat Tim Story(Fantastic Four, Taxi) sebagai nakhoda kapal yang ditumpangi Samuel L.Jackson dan kawan-kawan.

Sepengamatan saya, di Indonesia sendiri film ini cukup ditunggu lantaran faktor Samuel L.Jackson-nya. Namun ternyata Indonesia tidak kebagian jatah edarnya di bioskop, melainkan melalui jaringan streaming Netflix lah para moviegoers tanah air bisa menikmati film ini.

Lantas, apakah Shaft cukup worth untuk disaksikan?

Tentang Generasi Baru Shaft

Warnerbros.com
Warnerbros.com
Jika Richard Roundtree dan Samuel L.Jackson berhasil menampilkan sosok John Shaft yang karismatik, cerdik dan juga pemberani, maka melalui film ini pendekatan yang dilakukan sedikit berbeda. Kali ini generasi muda Shaft, JJ. Shaft yang diperankan oleh Jessie T.Usher(Independence Day: Ressurgence, The Boys), menampilkan Shaft dalam versi yang tak kalah cerdik dan pemberani namun tidak memiliki karisma yang membuatnya disegani.

JJ Shaft (Jessie T.Usher) merupakan seorang analis data FBI yang baru saja lulus dari pendidikannya di MIT. Memiliki semangat membara dan ambisi tinggi khas milenial, JJ seringkali lupa bahwa birokrasi dalam lingkungan kerja pemerintahan mengharuskannya memiliki kesabaran dan kesadaran diri dalam bertindak. Kecerdasannya bahkan terkadang diabaikan hanya karena statusnya sebagai pegawai baru.

Hingga suatu hari, kejadian nahas dialami oleh sahabatnya, Karim(Avan Jogia) yang tewas secara mendadak dan misterius. Mengetahui ada yang salah, JJ pun kemudian memilih untuk bertindak sendirian demi mengungkapkan kematian tersebut.

Commonsensemedia.org
Commonsensemedia.org
Tahu bahwa hal ini hanya bisa dipelajarinya melalui sang ayah, John Shaft(Samuel L.Jackson), JJ pun kemudian mengontak sang ayah untuk membantunya. Tak pernah ada selama JJ kecil hingga dewasa, John Shaft pun kemudian sepakat untuk membantunya sebagai balasan akan kelalainnya menjalankan tugas sebagai ayah di masa silam.

Namun tak hanya John Shaft yang turut serta membongkar kasus ini, sang legenda John Shaft Sr.(Richard Roundtree) pun kemudian ikut ambil bagian. Shaft senior yang sebelumnya mengaku sebagai paman John Shaft di film tahun 2000, ternyata merupakan ayah kandung John Shaft dan tentu saja kakek dari JJ Shaft.

Tiga generasi pun kemudian berkumpul menyelesaikan kasus yang ternyata melibatkan banyak pihak di belakangnya. Kasus yang kemudian mempertajam insting sang Shaft Junior, sebagai penerus keluarga Shaft yang karismatik.

Aksi Komedi yang Menghibur dengan Isu Sosial yang Relevan

Screenrant.com
Screenrant.com
Yang membuat film-film Shaft begitu diminati banyak orang tak lain karena menghadirkan unsur komedi yang segar di tiap filmnya. Komedinya tak hanya berisi sarkasme atau satir saja, namun juga melalui celetukan-celetukan nakal yang mengangkat isu sosial khas kulit hitam. Lucu namun juga terkadang pahit di satu sisi.

Dan dalam lanjutan film Shaft ini, unsur black comedy tersebut nyatanya masih mampu ditampilkan dengan cukup baik. Bahkan tak bisa dipungkiri, munculnya karakter JJ Shaft membawa angin segar dalam menghadirkan unsur komedi yang lebih modern dan relevan dengan generasi milenial. Sehingga ragam isu sosial yang turut disematkan dalam rangkaian canda masih terasa segar dan tidak outdated.

Sosok milenial yang merasa tahu segalanya serta sosok milenial yang selalu bergantung pada teknologi dan tak mampu untuk bekerja dengan cara manual, menjadi beberapa contoh sindiran yang cukup mengena dan relevan dengan yang terjadi saat ini. Dan chemistry antara JJ Shaft dan John Shaft tentunya menjadi penguat penyampaian isu sosial tersebut, lewat ragam konflik ayah & anak yang muncul di sepanjang film.

IGN.com
IGN.com
Tak hanya itu, isu sosial mengenai paham radikal yang mendasari berbagai aksi terorisme modern yang berlandaskan agama pun turut serta dimasukkan dalam film ini. 

Memang pada akhirnya isu sosial yang sensitif tersebut menghadirkan pesan positif yang begitu kuat dan tak meninggalkan sentimen agama tertentu.Namun selain isu tentang radikalisme yang diangkat, kebenaran yang pahit mengenai pencucian uang lewat rumah ibadah pun turut serta dijadikan konflik utama dalam film ini.

Tentunya apabila ditayangkan di bioskop nasional, film ini akan menuai pro dan kontra di masyarakat. Dan keputusan menghadirkan film ini ke Indonesia lewat jaringan Netflix nampaknya benar, karena akan mengurangi pro kontra tersebut dan yang pasti soal sensor pada adegan dengan unsur keagamaan layaknya film Hotel Mumbai.

Namun selain segarnya ragam isu sosial yang diangkat, film ini juga tentunya masih menghadirkan deretan aksi komedi yang seru sekaligus mengocok perut. Baik ketika duet antara John Shaft dan JJ Shaft ataupun kolaborasi tiga generasi Shaft, semuanya mampu menghadirkan adegan konyol nan menggelitik.

Wbur.com
Wbur.com
Bagaimana berkarismanya John Shaft Sr. dan John Shaft berpadu dengan John Shaft Jr. yang masih ceroboh dan tak terkontrol, tentunya menjadi kombinasi unik dan menggelitik kala melakukan berbagai aksi heroik dalam menumpas kejahatan.

Adegan aksinya memang tidak memiliki intensitas setinggi John Wick, Taken ataupun Equalizer. Namun dengan ragam aksi sederhana, komikal sekaligus menghibur, membuat kita menunggu-nunggu adegan aksi apa yang selanjutnya akan muncul hingga film selesai nanti.

Hanya Menghibur tak Lebih

Imdb.com
Imdb.com
Namun dengan menghiburnya aksi komedi yang disajikan Shaft, sayangnya tak ada unsur lain yang patut dinanti dari film ini. Kisahnya sendiri memiliki beberapa plot hole yang tak benar-benar memiliki jawaban hingga film berakhir.

Selain itu, sisi emosional yang coba disajikan pun nyatanya tak benar-benar bekerja dengan baik. Chemistry yang dihadirkan Usher dan Jackson memang bekerja baik pada adegan aksi dan celotehan konyol antara anak dan ayah, namun sayangnya hal tersebut tak bekerja baik pada sisi drama yang coba dihadirkan.

Chicago.suntimes.com
Chicago.suntimes.com
Begitupun chemistry antara karakter JJ Shaft dan Sasha Arias yang diperankan Alexandra Shipp( New X-Men Trilogy, Love,Simon). Sebagai love interest yang memiliki hubungan tarik ulur yang seharusnya menggemaskan, pada akhirnya hubungan tersebut tak mampu digambarkan dengan cukup dalam. Hingga momen finalnya yang berupa kemunculan adegan ciuman pun tak mampu menunjukkan sisi emosional yang seharusnya. 

Praktis selipan humor Samuel L.Jackson yang konyol di tengah-tengah adegan ciuman anaknya, menyelamatkan momen tersebut heuheuheu..

IGN.com
IGN.com
Faktor lainnya yang membuat film ini menghibur adalah faktor original soundtrack di dalamnya. Masih sesuai pakem musik ala Shaft, Christoper Lennertz yang bertanggung jawab di departemen musik kemudian berhasil mengkombinasikan black musik era 70-an yang bernuansa "Earth, Wind and Fire" dengan musik RnB dan Hip-Hop kekinian.

Alhasil musik dalam film ini begitu segar dan mengasyikkan dengan unsur originalnya yang tetap mampu dipertahankan. Tak percaya, coba saya buka aplikasi streaming musik dan ketik Shaft di kolom pencarian album. Dengarkan musiknya dan siap-siap ketagihan.

Penutup

Variety.com
Variety.com
Sebagai film blaxploitation yang kembali dihadirkan di era modern ini, Shaft sejatinya tak bisa dibilang mengecewakan. Jika melihat situs rotten romatoes, film ini memang mendapatkan rating tomat busuk oleh para kritikus yaitu sekitar 21%. Namun nyatanya, film ini mendapatkan apresiasi cukup tinggi oleh para penonton yaitu sekitar 80%.

Dan saya pribadi setuju dengan penilaian penonton. Karena di luar inkonsistensi kisah, plot hole dan sisi drama yang seharusnya masih bisa didalami, film ini masih memiliki poin-poin yang memberikan kita alasan yang cukup untuk menyaksikannya.

Watchward.com
Watchward.com
Musik yang asik, sinematografi Larry Blanford yang stylish serta celetukan komedi sarat isu sosial yang membuat kita terpingkal-pingkal, menjadi beberapa hal yang membuat film aksi komedi ini masih worth untuk disaksikan. Bahkan dengan adegan finalnya yang open-ending, membuat film ini memungkinkan untuk menelurkan sekuelnya lagi di masa depan.

Tontonlah dan bersiap-siap terhibur oleh aksi tiga generasi John Shaft yang karismatik.

Skor: 7/10

Salam Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun