JJ Shaft (Jessie T.Usher) merupakan seorang analis data FBI yang baru saja lulus dari pendidikannya di MIT. Memiliki semangat membara dan ambisi tinggi khas milenial, JJ seringkali lupa bahwa birokrasi dalam lingkungan kerja pemerintahan mengharuskannya memiliki kesabaran dan kesadaran diri dalam bertindak. Kecerdasannya bahkan terkadang diabaikan hanya karena statusnya sebagai pegawai baru.
Hingga suatu hari, kejadian nahas dialami oleh sahabatnya, Karim(Avan Jogia) yang tewas secara mendadak dan misterius. Mengetahui ada yang salah, JJ pun kemudian memilih untuk bertindak sendirian demi mengungkapkan kematian tersebut.
Namun tak hanya John Shaft yang turut serta membongkar kasus ini, sang legenda John Shaft Sr.(Richard Roundtree) pun kemudian ikut ambil bagian. Shaft senior yang sebelumnya mengaku sebagai paman John Shaft di film tahun 2000, ternyata merupakan ayah kandung John Shaft dan tentu saja kakek dari JJ Shaft.
Tiga generasi pun kemudian berkumpul menyelesaikan kasus yang ternyata melibatkan banyak pihak di belakangnya. Kasus yang kemudian mempertajam insting sang Shaft Junior, sebagai penerus keluarga Shaft yang karismatik.
Aksi Komedi yang Menghibur dengan Isu Sosial yang Relevan
Dan dalam lanjutan film Shaft ini, unsur black comedy tersebut nyatanya masih mampu ditampilkan dengan cukup baik. Bahkan tak bisa dipungkiri, munculnya karakter JJ Shaft membawa angin segar dalam menghadirkan unsur komedi yang lebih modern dan relevan dengan generasi milenial. Sehingga ragam isu sosial yang turut disematkan dalam rangkaian canda masih terasa segar dan tidak outdated.
Sosok milenial yang merasa tahu segalanya serta sosok milenial yang selalu bergantung pada teknologi dan tak mampu untuk bekerja dengan cara manual, menjadi beberapa contoh sindiran yang cukup mengena dan relevan dengan yang terjadi saat ini. Dan chemistry antara JJ Shaft dan John Shaft tentunya menjadi penguat penyampaian isu sosial tersebut, lewat ragam konflik ayah & anak yang muncul di sepanjang film.
Memang pada akhirnya isu sosial yang sensitif tersebut menghadirkan pesan positif yang begitu kuat dan tak meninggalkan sentimen agama tertentu.Namun selain isu tentang radikalisme yang diangkat, kebenaran yang pahit mengenai pencucian uang lewat rumah ibadah pun turut serta dijadikan konflik utama dalam film ini.