Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Tren Konsol Gim Klasik Mini, Pemuas Hobi yang Membangkitkan Nostalgia

23 Juni 2019   12:50 Diperbarui: 23 Juni 2019   15:05 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampilan gim PS4 (Sumber: mobygames.com)

Sejak anak perusahaan Philips di Amerika Serikat, Magnavox, memperkenalkan video gim konsol pertama di dunia tahun 1972 yang bernama Magnavox Odyssey, gim konsol lantas menjelma menjadi primadona baru di ranah elektronik rumah tangga. 

Kemampuannya menampilkan permainan sederhana di layar televisi, menjadikannya sebagai alternatif hiburan tanpa perlu keluar rumah layaknya bermain Pinball yang tersedia di bar atau pusat gim misalnya.

Dengan Odyssey yang menjadi pembuka jalan bagi industri video gim, tentu saja sudah bisa ditebak bahwa di kemudian hari semakin banyak ragam gim konsol yang bermunculan di pasaran. Atari Pong, Sega Genesis, Super Nintendo hingga Playstation yang menjadi fenomena global era 90-an, menjadi contoh bagaimana Odyssey memberi pengaruh signifikan terhadap industri video gim masa depan.

Magnavox Odyssey (Sumber: computinghistory.org.uk)
Magnavox Odyssey (Sumber: computinghistory.org.uk)
Konsol video gim kemudian mengalami masa keemasannya di era 80 hingga 90-an. Nintendo, Sega dan Playstation pun kemudian menjadi penguasa di ranah konsol gim rumahan pada era tersebut. Siapa sih yang tidak tahu Nintendo, Playstation dan Sega pada saat itu? Hampir tidak ada rasanya.

Gim-gim legendaris pun lantas muncul dan terus menjadi memori indah bagi para penikmatnya hingga saat ini. Mario Bros, Metroid, Street Fighter, Sonic dan Crash Team Racing menjadi contoh bagaimana gim lawas tersebut masih terus membekas di hati para penggemarnya hingga kini. 

Tampilan gim PS4 (Sumber: mobygames.com)
Tampilan gim PS4 (Sumber: mobygames.com)
Meskipun saat ini video gim semakin berkualitas, beragam bahkan memiliki grafis yang lebih realistis, tapi pengalaman bermain lah yang membedakan hal tersebut. Bermain di depan layar televisi CRT yang memberikan output gambar cukup kasar, bermain 2 player bersama teman dengan kontroler kabel, dan sistem gim dalam cartridge berukuran besar, tentu tak bisa digantikan oleh mewahnya grafis serta teknologi online yang disematkan saat ini.

Lantas para perusahaan gim pun menyadari kerinduan para gamer di seluruh dunia untuk bernostalgia akan hobi bermain gim mereka di masa lalu. Konsol retro berukuran mini pun menjadi solusi akan hal ini. 

Dimulai dari Nintendo yang menelurkan NES di tahun 2016, lantas berbagai konsol gim retro mini pun kemudian bermunculan di pasaran, mencuri perhatian gamer. Lantas, apa saja konsol retro yang bereinkarnasi ke ukuran mini tersebut?

1. NES Classic Mini

Sumber: IGN.com
Sumber: IGN.com
Nintendo Entertainment System (NES) merupakan konsol yang paling populer era 80-an. Melahirkan gim-gim legendaris semisal Mario Bros, Final Fantasy dan Zelda membuat konsol ini begitu memorable bagi siapapun anak-anak yang beruntung merasakannya di era tersebut.

Visual yang bisa disetting untuk menampilkan efek retro layaknya tv tabung atau bahkan grafis paling halus dalam format HD, membuat NES classic menjadi pilihan konsol retro yang menarik untuk nostalgia.

Diisi dengan 30 gim populer, NES Classic mini yang dirilis tahun 2016 silam pun langsung mencuri perhatian. Harga sekitar 1,2 juta pun nyatanya tak mengurungkan niat banyak orang untu membeli. Bahkan sepantauan saya, di toko online Indonesia harganya melambung hingga 1,8 juta sampai 2 juta Rupiah karena keterbatasan stoknya.

Nintendo pun meminta maaf terkait kekurangan stok yang diakibatkan larisnya penjualan yang diatas ekspektasi mereka. Maka tak mau hal tersebut terulang, Nintendo pun kemudian merilis konsol mini lanjutannya.

2. SNES Classic Mini

Sumber: Theverge.com
Sumber: Theverge.com
Lanjutan dari NES classic mini ini nyatanya tak ada peningkatan yang cukup berarti selain penyegaran model dan gim yang ada didalamnya. Ya, karena Super Nintendo Entertainment System (SNES) yang dirilis setahun kemudian memang ditujukan sebagai permintaan maaf Nintendo akibat kurangnya stok NES pada tahun sebelumnya.

Harganya pun tak jauh beda dengan pendahulunya dan bisa dicari dengan mudah pada berbagai toko online di Indonesia.

3. NEO GEO Mini

Sumber: Amazon.co.ca
Sumber: Amazon.co.ca
Berbeda dari 2 mini konsol sebelumnya, NEO GEO tidak mereinkarnasi konsol rumahan melainkan arcade games yang jamak ditemukan pada games center. Ya, kalau di Indonesia kita mengenalnya sebagai ding-dong, heuheu.

Dengan model layaknya ding-dong lengkap dengan layar mininya, NEO GEO juga bisa disambungkan ke tv via kabel HDMI. Berisi 40 gim legendaris di dalamnya seperti Metal Slug dan The King of Fighters, konsol mini yang di toko online dibanderol sekitar 900 ribu sampai 1,5 juta Rupiah ini, tentunya siap menggoda siapapun yang pernah jadi anak gaul ding-dong era 90-an.

4.Commodore 64(C64 mini)

Sumber: IGN.com
Sumber: IGN.com
Mereinkarnasi home computing games yang di masa lalu harus menggunakan disket DOS besar untuk menjalankan gim 8 bit-nya, C64 mini menghadirkan konsol berbentuk keyboard lengkap dengan joystick legendarisnya, yang kini bisa disambungkan dengan televisi via kabel HDMI. Konon, keyboard yang disertakan juga bisa berfungsi sebagai keyboard PC modern berkat sambungan USB yang disediakan.

Tapi sayangnya konsol ini agak susah ditemui di toko online Indonesia. Karena memang C64 sendiri tak begitu populer di Indonesia pada zamannya.

5. Playstation Classic

Sumber: IGN.com
Sumber: IGN.com
Siapa yang tidak kenal konsol klasik satu ini. Kemunculannya di tahun 1995 yang hype nya baru terasa sekitar tahun 1997-an di Indonesia, membuat setiap anak-anak lupa mandi, lupa makan bahkan lupa belajar kala itu. Tak lupa, rental Playstation (PS) yang kemudian menjamur juga sempat menjadi tempat yang wajib dikunjungi bagi para remaja yang kabur dari sekolah, heuheu (jangan ditiru ya).

Hanya saja, kehadiran versi mininya justru menuai kecaman karena Sony hanya menyematkan sedikit gim di dalamnya. Format PAL yang digunakan pun membuat tampilan frameratenya tak maksimal. Tak lupa, pemilihan kontroler non analog dalam paket penjualannya makin membuat banyak orang yang kecewa.

Saran saya bagi yang sudah punya Playstation 4, lebih baik membeli gim PS1 lewat playstation store. Karena nampaknya tampilannya akan jauh lebih baik dibandingkan harus membeli konsol mini Playstation seharga 1,5 juta-1,8 juta Rupiah.

6. Sega Genesis Mini

Sumber: TheBrag.com
Sumber: TheBrag.com
Konsol gim 16 bit yang begitu populer di zamannya, akhirnya dihadirkan Sega kembali lengkap dengan 2 kontroler 6 buttons-nya yang legendaris itu. Dilengkapi port HDMI, Sega Genesis pun kini bisa dinikmati melalui layar televisi modern yang tentunya akan semakin menarik.

Sudah terisi 42 gim legendaris semisal Castlevania, Contra, Sonic the Hedgehogs dan Virtua Fighter, tentunya membuat siapapun tertarik memilikinya. Bahkan produk ini pun mendapat review positif dari berbagai reviewer gim internasional. Bagaimana, tertarik memilikinya? Harganya sekitar 1-1,5 juta Rupiah di toko online.

Tak Sekadar Pemuas Hobi

Sumber: MyDeal.com.au
Sumber: MyDeal.com.au
Bagi yang memiliki hobi bermain gim sejak kecil, hadirnya ragam konsol mini tersebut tentulah tak hanya memuaskan hobi bermain gim semata, namun juga mampu menghadirkan kembali nostalgia masa lalu. 

Pengalaman bermain gim dengan kontroler sederhana dan tampilan 8-16 bit yang kini sudah tak bisa ditemui pada konsol modern, tentu membuat siapapun ingin kembali merasakan sensasi tersebut.

Tak hanya itu, hadirnya konsol gim mini tersebut juga bisa membuat para gamer yang belum sempat memiliki salah satu konsol di masa lalu, untuk bisa memilikinya kembali dengan paket yang praktis dan harga yang lebih terjangkau. 

Sumber: Nerdsmagazines.com
Sumber: Nerdsmagazines.com
Bahkan para gamer yang saat ini sudah memiliki anak pun bisa menjadikan konsol mini tersebut sebagai media pembelajaran dan pengenalan akan teknologi masa silam yang mungkin tak pernah mereka lihat sebelumnya. Mengajarkan mereka bahwa bermain dengan teman atau keluarga dalam satu televisi yang sama begitu mengasyikkan karena bisa sambil berinteraksi dan bercanda. Berbeda dengan gim saat ini yang serba online, di mana interaksi hanya dilakukan secara digital di dunia maya.

Memang, kocek yang mesti dirogoh sekitar 1 juta sampai 1,5 juta Rupiah untuk mendapatkan salah satu konsol tersebut masih dianggap cukup mahal bagi sebagian orang. Namun dengan nuansa klasiknya ditambah gim-gim lawas yang tak mungkin lagi bisa dinikmati saat ini, harga tersebut pun rasanya masih cukup pantas.

Sumber: Lawyet.net
Sumber: Lawyet.net
Entah sebagai pemuas hobi bermain gim atau sebagai koleksi saja, tren konsol gim mini memang menjadi fenomena unik untuk saat ini. Generation gap yang membuat anak-anak di era modern tak bisa merasakan nikmatnya bermain gim lawas nan sederhana pun nyatanya bisa diputuskan lewat hadirnya ragam konsol gim mini tersebut.

Entahlah, apakah akan diluncurkan kembali Playstation 2, Xbox generasi pertama atau mungkin Nintendo Gamecube di masa depan. Yang pasti, deretan konsol lawas tersebut berhasil mengingatkan betapa asyiknya bermain gim di masa lalu. 

Sumber: Vulture.com
Sumber: Vulture.com
Industri video gim makin marak dan memiliki prospek bisnis yang makin luas, konsumen yang merupakan para gamer haus nostalgia pun terpuaskan. Sebuah simbiosis mutualisme yang sangat menarik.

Jadi, tertarik kah teman-teman kompasianer memilikinya? Kalau saya sih tertarik dengan NEO GEO. Tapi kalau saya, membeli ini bukan hanya sekadar pemuas hobi saja, tapi juga tergantung diizinkan atau tidak oleh istri tercinta, heuheuheu...

Selamat berakhir pekan. Salam kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun