Sederhananya, sosok La Llorona cukup mampu menggantikan sosok Valak yang ikonik dan kini nampak kurang kesakralannya sejak sering dimunculkan sebagai jokes pada berbagai meme.
Jumpscare yang Efektif, Namun dengan Formula yang Membosankan
Sebagai sebuah film horor, The Curse of the Weeping Woman tentu saja memiliki syarat yang memungkinkannya diterima oleh para penikmat film khususnya horor.Â
Sosok hantu yang berasal dari cerita rakyat, jumpscare yang efektif, serta menjadi penyambung lini masa semesta Conjuring, menjadi beberapa contoh poin menarik dari film ini.Â
Hanya saja, formula yang digunakan nampak mirip dengan kelima film semesta Conjuring sebelumnya, sehingga menyebabkan film ini tidak cukup segar dan mudah tertebak.
Sosok hantu jahat yang menjadi cerita rakyat selama berabad-abad, pesan tentang keutuhan keluarga diatas segalanya, hingga ritual pemanggilan arwah untuk melawan si roh jahat tersebut, menjadi beberapa contoh poin-poin yang nampak menjadi keharusan dalam kisah semesta Conjuring. Dan hal-hal tersebut juga dipertahankan pada film ini.
Memang tak ada yang salah terkait hal tersebut, karena di film horor lain pun, unsur-unsur tersebut kerap dipertahankan. Hanya saja penonton memang butuh penyegaran tema, alih-alih hanya menyegarkannya lewat sosok hantu dan para tokoh yang baru.
Sebagai film origin yang memperkenalkan sosok hantu baru untuk semesta Conjuring, The Curse of the Weeping Woman juga tampak tidak mampu mengakomodir hal tersebut. Kurangnya latar belakang kisah La Llorona itu sendiri menyebabkan pondasi film ini nampak tak begitu kokoh sehingga meninggalkan beberapa plot hole.Â