Debut Penyutradaraan yang Menjanjikan
Terlepas dari genre drama komedi yang diusungnya, Unicorn Store jelas bukan merupakan film yang akan disukai banyak orang. Begitu banyaknya metafora dan berbagai unsur simbolik, membuat beberapa orang mungkin akan membutuhkan effort lebih dalam menikmati film ini. Dimana hal tersebut tak jarang membawa mood bosan selama menonton.
Jalan cerita yang bergerak lambat juga membuat 92 menit film ini terasa begitu lama. Singkatnya, film ini bukanlah film terbaik yang tersedia di Netflix saat ini, namun yang pasti lewat film ini lah masa depan gemilang Brie Larson sebagai sutradara sudah bisa terlihat. Ya, Brie Larson sudah berhasil menunjukkan kelasnya dengan berani membuat film yang sesuai dengan idealismenya.
Menggabungkan unsur drama dan surealisme memang bukan menjadi hal yang 'wow' lagi di industri film Hollywood. Namun dengan kecerdasan seorang Brie Larson, film ini mampu menampilkan sebuah kisah yang baru bahkan bisa dibilang cukup segar.
Brie mampu mengkombinasikan antara unsur drama, komedi, dan surealisme, tanpa mengabaikan pesan penting tentang kehidupan di sepanjang filmnya. Ditambah dengan kostum warna-warni dan nyeleneh, serta soundtrack yang didominasi lagu 90'an, membuat film ini tampil begitu unik dan berhasil menunjukkan jati diri Brie sebagai sutradara.Â
Bahkan tak hanya brilian di belakang layar, akting Brie di film ini pun patut diacungi jempol karena tampil begitu maksimal dan mampu merepresentasikan sosok kekanakan yang sedang dalam perubahan ke arah dewasa. Ya meskipun memang perannya di film ini tak se-memorable perannya dalam The Room.
Sayangnya, chemistry antar tokoh entah antara Brie Larson dengan Samuel L. Jackson atau Brie Larson dengan Mamoudou Athie yang merupakan sahabat sekaligus love interest-nya di film ini, nampak kurang kuat dan cenderung sekadar tampil sebagai pelengkap saja. Dan satu hal lagi, penampilan Samuel L. Jackson disini justru mengingatkan kita akan tokoh Mr. Glass yang diperankannya di trilogi Unbreakable.
Penuh Metafora Kehidupan
*dikarenakan sub-bab ini akan membahas agak mendalam seputar film, maka tentu berpotensi menimbulkan sedikit spoiler. Untuk itu, jika tidak mau terganggu pengalaman menontonnya, pembaca bisa melewati sub-bab ini.
Sudah jelas bahwasanya Unicorn hanya menjadi sebuah hewan dalam dongeng masa kecil yang kerap muncul di berbagai kisah berlatar negeri impian. Dan di film inipun, kita tidak pernah benar-benar mendapatkan kejelasan mengenai ada atau tidaknya sosok Unicorn bagi si tokoh utama. Namun, satu hal yang pasti, Unicorn di film ini lah yang menjadi inti yang menggerakkan keseluruhan cerita.
Unicorn Store jelas menjadi film yang penuh metafora dimana perlu effort lebih untuk memahami bagaimana Unicorn begitu penting bagi kehidupan Kit. Unicorn menjadi semacam poin pembeda antara Kit dan teman-temannya. Dimana ketika teman-temannya sudah memasuki usia dewasa dan 'berani' menerima kenyataan, Kit justru masih setia dengan keyakinan dirinya akan konsep Unicorn yang nyata.