Sinematografer Laurie Rose(Free Fire, Overlord) juga nampak maksimal menghadirkan kengerian pada film ini. Kombinasi pengambilan gambar bergerak serta close up di beberapa adegan teror nampak begitu efektif. Sehingga tentu saja berhasil membuat penonton ikut merasakan kengerian serta trauma akibat teror yang dialami oleh para tokoh film ini.
CGI yang digunakan untuk menampilkan latar surealis juga digarap dengan baik meskipun memang tidak begitu menghadirkan wow effect. Suasana hutan yang gelap dan berasap nampak begitu meyakinkan untuk menjadi latar teror pada mimpi dr. Creed. Dan pastinya hal tersebut juga berhasil menghidupkan kembali suasana klasik khas film originalnya.
Scoring garapan Christoper Young(The Grudge, Drag Me To Hell) juga berperan penting menghadirkan sisi horror yang semakin maksimal di film ini. Scoring garapannya nampak menyatu dengan tiap adegan teror, sehingga suasana mencekam mampu dihadirkan sejak adegan teror paling soft sekalipun muncul, hingga kemudian berujung pada jumpscare yang maksimal dan mengagetkan.
Pet Sematary dan Konsep Kehidupan Setelah Kematian
Tak hanya soal kisah menyeramkan yang menjadi trademark karya-karya Stephen King, Pet Sematary nyatanya juga berhasil menyajikan pesan seputar kehidupan setelah kematian. Melalui Pet Sematary, Stephen King tak hanya menyajikan premis sederhana terkait bagaimana jika ada suatu wilayah yang mampu membangkitkan tiap makhluk hidup yang dikubur di tempat tersebut, namun juga terkait pandangannya soal kematian itu sendiri.
"Sometimes dead is better" yang menjadi slogan film ini, tentu saja menjelaskan bahwa terkadang kematian tak selalu memberi dampak negatif bagi kehidupan manusia. Entah bagi yang meninggal ataupun yang ditinggalkan, kematian tentu saja akan menghadirkan pelajaran baru dalam proses kehidupan. Hanya saja, manusia terkadang sengaja menembus batasan tersebut dengan menghadirkan 'kehidupan' baru lewat berbagai medium di sekitar mereka.
Layaknya penjelasan dr.Creed mengenai metabolisme tubuh yang menjadi semacam 'jam' alami bagi kehidupan manusia, kematian tentu saja menjadi batas akhir perjalanan manusia yang tak bisa dielakkan. Masing-masing manusia memiliki jamnya sendiri dan tiap manusia juga tak akan pernah tahu kapan kira-kira waktu mereka benar-benar berhenti di dunia.
Namun layaknya sebuah benda yang sudah mati dan tak lagi mampu bekerja dengan maksimal ketika diperbaiki atau dihidupkan kembali, maka manusia pun akan mengalami hal yang sama jikalau proses kematian 'diganggu' hanya demi menghilangkan kesedihan sesaat. Untuk itulah, terkadang kematian memang merupakan hal terbaik yang harus terjadi.