Penutup
Tak bisa dipungkiri, perfilman nasional saat ini memang masih terus berbenah dan tentunya berjalan ke arah yang positif. Meskipun tentu saja masih banyak kekurangan di berbagai sisi.
Musuh terbesar tentu saja ada pada diri penonton itu sendiri. Masih banyaknya nyinyiran terkait keberhasilan suatu film nasional serta membandingkan bahkan cenderung mendiskreditkan hasil produksi film nasional dengan milik Hollywood, nampak masih menjadi budaya penonton Indonesia. Padahal justru penonton lah yang seharusnya mendukung perkembangan film nasional.
Segenap kru perfilman semakin berkembang kemampuannya, pun bioskop semakin membaik infrastrukturnya. Layanan streaming yang menyediakan film nasional pun kian banyak. Maka tak ada alasan bagi kita untuk tidak menikmati film-film nasional yang semakin beragam dan berkualitas.
Ya, meskipun memang tipe film-film "sembarangan" tersebut akan tetap ada di belahan dunia manapun selama masih ada "toleransi" dari para penikmatnya sendiri. Dan sayangnya, di Indonesia ini masih ada meskipun memang tidak banyak.
Mungkin tulisan ini sudah telat beberapa hari dari hari film nasional yang jatuh di tanggal 30 Maret lalu. Namun semoga semangat mendukung film nasional tetap ada, di tengah euforia hari film nasional yang masih terus menggema hingga saat ini.
Selamat hari film nasional, terus dukung industri film nasional kita yang masih terus berbenah ke arah lebih baik. Terlebih, kita buat alm. Usmar Ismail tersenyum di surga sana, melihat karya yang dimulainya 69 tahun lalu berkembang begitu positif bagi generasi saat ini dan generasi-generasi selanjutnya.
Salam kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H