Menurut data dari Pusbangfilm, hingga tahun 2019 sebanyak 1.759 layar bioskop telah tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Tentunya jumlah ini masih kurang jika dibandingkan dengan banyaknya jumlah penduduk di Indonesia. Hanya saja, pertumbuhan bioskop yang masif tersebut, menunjukkan bahwa bioskop saat ini bukan hanya sebagai tempat nongkrong alternatif, namun juga sebagai kebutuhan gaya hidup yang baru.
Dengan semakin banyaknya layar, maka film Indonesia pun tetap leluasa untuk bisa tayang dan tidak berhimpitan dengan film-film asing layaknya beberapa tahun yang lalu. Kecuali memang film tersebut merupakan film Hollywood tentpole yang juga menjadi fenomena dunia. Jelas, film Indonesia yang berhadapan pun juga harus tentpole agar bisa bersaing mendapatkan layar pada periode tersebut.
Saat ini, bioskop juga berbenah dengan membuat ragam fasilitas yang disesuaikan dengan lingkungan sosial di sekitar meskipun tetap mengutamakan trademark mereka. Itulah sebabnya baik Cinemaxx, XXI ataupun CGV, memiliki "rasa" yang sama entah di daerah ring 1 nya Jakarta maupun di luar daerah. Harga pun juga masih bisa dibilang terjangkau jika dibandingkan dengan harga-harga bioskop di negara Asia Tenggara lainnya.
Tentu saja hal-hal tersebut menjadi suatu hal yang tak bisa kita temui dulu, dimana antara kota besar dan daerah memiliki kesenjangan fasilitas juga pelayanan yang begitu timpang. Tentunya ini merupakan kabar baik karena bioskop semakin berbenah untuk menyediakan pengalaman menonton terbaik bagi siapapun.Â
Menyaksikan film Indonesia pun kini semakin mudah dan nyaman karena sebaran bioskop yang kian merata dan berdesain kekinian.
Pemanfaatan Layanan OTT yang Semakin Berkembang
Munculnya Netflix, Hooq, Iflix, bahkan Prime Video membuat layanan OTT (Over The Top) semakin diminati masyarakat. Kehadirannya sebagai pelengkap bioskop, menjadikan layanan streaming tersebut sebagai alternatif hiburan bagi penonton dan sarana distribusi baru bagi para pegiat perfilman.
Tak hanya sebagai "rak penyimpanan" film-film Indonesia yang pernah tayang di bioskop, platform streaming tersebut juga bisa dimanfaatkan sebagai pusat distribusi film-film baru.
Untuk itulah, melalui layanan ini diharapkan semakin banyak konten lokal yang bisa diproduksi pada platform tersebut. Selain karena audiens yang semakin banyak, memperkenalkan budaya Indonesia melalui film ke berbagai belahan dunia pun akan lebih mudah melalui platform streaming tersebut.
The Night Comes For Us di Netflix, Brata dan Cek Toko Sebelah The Series di Hooq, serta Magic Hour The Series di Iflix, merupakan beberapa contoh film dan serial tv nasional yang sudah diproduksi eksklusif untuk platform streaming tersebut.Â
Secara jumlah saat ini memang masih kurang, namun tentunya ini menjadi angin segar bagi perfilman tanah air karena platform streaming tersebut mendorong para sineas untuk semakin leluasa dalam membuat dan mendistribusikan konten film baru.