Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Tentang Kita, Mimpi Amerika, dan Teror Doppelgänger dalam "Us"

21 Maret 2019   10:31 Diperbarui: 21 Maret 2019   14:03 1698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah cerita tentang perjalanan di lorong stasiun kereta bawah tanah kota New York, menjadi cerita pembuka dalam wawancara eksklusif antara penulis TheGuardian.com, Steve Rose dengan sutradara film Us, Jordan Peele.

Suasana mencekam nan sepi stasiun bawah tanah kota New York di malam hari, hingga hanya menyisakan sebuah bayangan diri sendiri yang menemani perjalanan tiap orang yang melewatinya, menjadi inspirasi bagi Peele untuk membuat film Us ini.

Nama Jordan Peele sendiri mencuat ke permukaan kala di tahun 2017 silam dirinya sukses besar dalam menggarap film horror psikologis, Get Out. Film yang tak hanya berisi adegan-adegan mengerikan namun juga mengandung isu rasial serta permainan visual imajinatif sang sutradara ini, lantas dianugerahi gelar Best Original Screenplay di ajang Oscar 2018 lalu. 

Tak hanya itu, film yang dibuat dengan budget hanya 4,5 juta USD tersebut berhasil mendapatkan pundi-pundi luar biasa dari peredarannya di seluruh dunia, yaitu sebesar 250 juta USD.

Get Out (thesource.com)
Get Out (thesource.com)
Passion di dalam kisah horror itulah yang menyebabkan Peele kembali lagi mempersembahkan sebuah film horror di tahun 2019 ini. Tak hanya tentang horror penuh darah atau hujan teriakan, Us yang menjadi judul horror terbaru Peele, membawa penonton ke sebuah babak baru horror yang membuat otak berputar. 

Begitu banyaknya metafora dan alegori terhadap kondisi sosial masa kini, membuat Us juga menjadi sebuah film horror yang tak hanya memacu adrenalin, namun juga memaksa kita untuk tetap terjaga menyimak segala clue yang diberikan di sepanjang film.

Sinopsis

Bustle.com
Bustle.com

Santa Cruz, California, menjadi pilihan bagi keluarga Wilson untuk menikmati liburan mereka. Sang ayah, Gabe Wilson(Winston Duke), ingin menyenangkan anak-anak mereka yaitu Zora(Shahadi Wright Joseph) dan Jason(Evan Alex), dengan mengajaknya berwisata di pantai Santa Cruz yang ramai dan memiliki banyak wahana bermain.

Namun ternyata rencana tersebut tak sepenuhnya disetujui oleh sang istri, Adelaide(Lupita Nyong'o). Adelaide yang memiliki masa lalu kelam di pantai tersebut, masih merasa bahwa teror yang mendatanginya bertahun-tahun lalu, berusaha untuk kembali mengejar dirinya.

Inverse.com
Inverse.com
Ketakutan tersebut pada akhirnya benar-benar terbukti di malam itu. Empat orang yang nampak seperti keluarga datang ke kediaman mereka dan mencoba mengganggu ketenangan mereka. Berpakaian serba merah dan bersenjatakan gunting emas, satu keluarga tersebut ternyata merupakan doppelganger atau kembaran keluarga Wilson yang menuntut sesuatu dari Gabe, Adelaide dan anak-anaknya.

Lantas, apa yang harus mereka lakukan untuk melawan 'diri sendiri' tersebut? Apa yang diinginkan mereka dan apa yang sebenarnya terjadi pada Adelaide di pantai Santa Cruz bertahun-tahun silam?

Sajian Horror yang Solid dan Mencekam

Thisisinsider.com
Thisisinsider.com

Sejak awal Us memang menyajikan jalinan kisah yang solid. Baik kisah pendahuluan yang mengawali asal-usul teror hingga ke kisah yang berlatar masa kini, semuanya terjalin dengan sempurna tanpa meninggalkan lubang besar yang kerap terjadi pada film-film horror ataupun thriller.

Referensi film horor psikologis klasik semisal The Shining dan serial televisi bernuansa mistis Twilight Zone berpengaruh besar terhadap film ini. Hal itu juga diakui Jordan Peele yang mengaku bahwa Us terinspirasi dari salah satu episode pada serial televisi tersebut. Hanya saja, Us memang dikembangkan dengan berbagai metafora, alegori dan visual imajinatif khas Peele, sehingga membuatnya nampak lebih solid dan unik.

Michael Abels (Ontaponline)
Michael Abels (Ontaponline)
Scoring garapan Michael Abels yang juga menggarap scoring untuk Get Out, kembali menyajikan komposisi yang mampu membuat perasaan tak nyaman sedari awal. Nuansa Jaws klasik jelas terasa dan seakan meneror kita sejak perkenalan pertama kalinya dengan Adelaide kecil. Hingga film terus bergulir, jangan ditanya lagi bagaimana komposisi tersebut mampu menghidupkan segala teror yang terjadi di rumah tersebut.

Mike Gioulakis yang bertanggung jawab sebagai sinematografer, semakin melengkapi kengerian film ini. Dominannya pengambilan gambar secara close up, membuat film ini tak hanya mencekam dari sisi latarnya saja, namun juga dari tiap ekspresi pemain yang tertangkap dengan sempurna.

Rollingstone.com
Rollingstone.com
Penampilan para aktor dan aktrisnya pun nampak luar biasa dan tak ada yang miscast. Lupita Nyong'o jelas memberikan penampilan terbaiknya selama dirinya berkarir di industri film. Bahkan saya tak ragu menyebutnya sebagai karakter protagonis sekaligus antagonis terbaik dalam film-film horror sejauh ini.

Penampilannya kala menjadi Adelaide mampu menunjukkan dirinya yang keibuan namun juga masih menyimpan trauma masa lalu yang kelam. Sementara ketika dia berperan sebagai doppelganger atau kembarannya, Lupita mampu menampilkan sosok menyeramkan yang mengeluarkan suara mirip orang tercekik yang nampak menyeramkan. Suara tersebut nampak lucu pada awalnya, namun seiring berjalannya film, tatapan berkharisma dan penuh teror dari sang doppelganger menutup suara yang dianggap lucu pada awalnya.

Thegrio.com
Thegrio.com
Penampilan pemain lainnya pun tak kalah mengecewakan. Winston Duke yang berperan sebagai sosok suami sekaligus ayah, mampu menampilkan sosok bertanggung jawab sekaligus lucu. Sehingga sisi humor yang keluar dari dirinya, sangat mampu memecah suasana yang nampak menegangkan dan menakutkan.

Complex.com
Complex.com
Begitupun dengan peran Shahadi dan Evan Alex sebagai anak-anaknya yang tidak mengecewakan. Shahadi menjadi sosok yang paling menakutkan kala dia menjadi tokoh doppelganger dari Zora. Tatapan intimidatifnya serta gerakannya yang cepat, mampu membuat bulu kuduk berdiri.  

Us, Horror Penuh Alegori dan Metafora

*catatan: bab ini berisi pembahasan banyak clue yang berpotensi menyebabkan spoiler. Jika anda berniat menyaksikan film ini tanpa spoiler, maka bisa berhenti membaca tulisan saya sampai disini.

Jika anda menyukai Get Out yang begitu meninggalkan banyak pesan tersirat, plot twist serta visual imajinatif, anda pasti akan menyukai film Us ini. Pasalnya, Us menawarkan lebih dari apa yang sudah disajikan pada film Get Out. Bahkan, kali ini Jordan Peele nampak lebih liar memasukkan unsur-unsur yang mengandung metafora dan alegori, baik yang terlihat maupun yang disampaikan secara tersirat.

Cnn.com
Cnn.com
Us jelas bukan menjadi sajian horror yang sekadar mengandalkan teriakan para pemainnya, suasana mencekam, ataupun adegan banjir darah. Us, menawarkan sebuah horror yang berbeda, dimana isu sosial menjadi dasar dalam pembentukan suasana teror dan apokaliptik di film tersebut.

Selain konsep parallel universe yang coba diusung oleh Jordan Peele dalam film ini, Us yang dalam bahasa Indonesia berarti "kita", dalam beberapa hal bisa menjadi sindiran bagi diri kita sendiri. Namun di beberapa hal, Us juga menjadi semacam sindiran bagi US(United States) dalam hal perwujudan mimpi Amerika yang seolah semu.

Contohnya, di awal film saja kita sudah diberikan narasi tentang lorong stasiun bawah tanah yang membentang di sepanjang Amerika. Dimana hal tersebut bisa dianggap sebagai satir atas kesenjangan sosial masyarakat kelas sosial bawah dan tentunya kulit hitam di Amerika, yang memiliki perbedaan kehidupan yang cukup jauh. Dan hal tersebut nyatanya masih terjadi hingga kini.

Hands Across America (history.com)
Hands Across America (history.com)
Festival amal yang bertajuk Hands Across America di tahun 1986, yang juga menjadi referensi adegan pada film ini, juga memiliki makna tersendiri. Seperti kita tahu, festival yang mampu membuat sekitar 6 juta warga AS saling berpegang tangan selama 15 menit dan membentuk rantai manusia terpanjang di hampir seluruh wilayah Amerika kala itu, menjadi festival yang konon berhasil menunjukkan sisi kepedulian masyarakat Amerika terhadap kelaparan di Afrika.

Hanya saja festival tersebut juga sering dianggap sebagai contoh ambisi Amerika dalam membentuk 'tembok' mereka sendiri untuk dilihat dunia. Dan tembok nyata tersebut sejatinya sudah dibuat oleh Trump di masa kini yang menjadi pemisah antara Amerika dan Mexico. 

Pitchfork.com
Pitchfork.com
Sama seperti salah satu adegan yang mengatakan bahwa keluarga Wilson harus kabur ke Mexico, hal ini menjadi semacam kontradiksi akan apa yang ingin dilakukan Trump untuk melindungi warganya dari gangguan imigran Mexico yang dianggapnya berbahaya. Karena terkadang bahaya yang lebih besar tersebut justru bukan datang dari luar tembok, melainkan apa yang muncul dari dalam tembok itu sendiri.

Kehadiran teror doppelganger pun memiliki maknanya tersendiri. Banyak yang mengatakan dan percaya apabila kita bertemu dengan doppelganger, maka itu adalah pertanda buruk dan salah satu akan/harus mati. Karena tak bisa ada 2 orang yang sama hidup di satu dunia.

Movieweb.com
Movieweb.com
Sama seperti kehadiran doppelganger yang berbahaya tersebut, Us, seakan ingin menunjukkan bahwa sejatinya musuh terbesar dalam hidup adalah diri sendiri. Banyak orang yang tak siap ketika melihat adanya sisi jahat atau kesalahan dari dalam diri sendiri, namun begitu mudahnya jika melihat kesalahan orang lain di sekelilingnya.

Padahal seperti halnya doppelganger, ketika kita sudah berhasil berkaca atas diri kita sendiri, maka salah satu bagian diri kita harus 'mati' untuk bisa menjalani kehidupan yang lebih baik lagi. Hanya saja, pilihan kitalah yang menentukan mana yang harus 'mati'. Keadaan saat inikah atau bayangan atas dosa masa lalu yang mengikuti hari-hari kita?

ew.com
ew.com
Tak lupa, suasana mencekam dan apokaliptik muncul lewat kutipan ayat alkitab Yeremia 11:11 yang muncul berulang kali. Suasana apokaliptik jelas tercipta dari kutipan ayat yang bagi sebagian orang nampak menyeramkan apabila tak memahaminya dengan benar. Ayat tersebut seakan digunakan oleh Peele untuk menjelaskan bahwa Tuhan sendiri tak akan sanggup menolong segala kesulitan yang dialami, jika kesulitan tersebut nyatanya datang dari dalam diri sendiri. 

Penutup

Variety.com
Variety.com

Tidak seperti horror pada umumnya, Us menyajikan sebuah kisah horror yang tak hanya menegangkan namun juga memberi banyak pesan baik yang terlihat maupun tersirat. Us jelas membawa babak baru film horror modern dimana selama ini horror hanya dikenal sebagai film yang mengumbar kekerasan dan ketakutan tanpa makna yang jelas.

Us juga membiarkan teror bergerak dengan cepat tanpa tedeng aling-aling, namun tanpa mengabaikan latar belakang yang kuat. Kepingan puzzle sedikit demi sedikit membentuk sebuah gambar penuh diakhir kisah hingga finalnya kita diberikan punchline maksimal berupa plot twist yang membuat seisi bioskop terdiam sesaat, untuk memproses semua hal yang baru saja disaksikan.

Film ini tentu saja penuh dengan referensi isu sosial yang berkembang di Amerika. Sehingga jika anda memang mengikuti segala isu yang ada disana, akan cukup mudah mencerna beberapa pesan yang ingin disampaikan. Namun jikapun anda hanya ingin menyaksikan film ini sebagai horror biasa, film ini pum mampu memberikan sajian lengkap horror, misteri dan thriller bagi anda penikmat film-film penuh adrenalin tersebut.

Jordan Peele (vanityfair)
Jordan Peele (vanityfair)
Hanya saja anda memang harus terus terjaga dalam menyaksikan film ini, agar potongan-potongan clue tidak ada yang terlewat. Maklum, pace cepat serta suasana mencekam kadang membuat kita mengabaikan banyak clue penting yang sejatinya telah disiapkan sang sutradara.

Us, jadi film yang saya rekomendasikan untuk ditonton minggu ini, khususnya bagi anda penggemar film horror. Namun ingat, jangan ajak anak-anak ya.

Selamat menyaksikan. Salam kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun