Sebuah cerita tentang perjalanan di lorong stasiun kereta bawah tanah kota New York, menjadi cerita pembuka dalam wawancara eksklusif antara penulis TheGuardian.com, Steve Rose dengan sutradara film Us, Jordan Peele.
Suasana mencekam nan sepi stasiun bawah tanah kota New York di malam hari, hingga hanya menyisakan sebuah bayangan diri sendiri yang menemani perjalanan tiap orang yang melewatinya, menjadi inspirasi bagi Peele untuk membuat film Us ini.
Nama Jordan Peele sendiri mencuat ke permukaan kala di tahun 2017 silam dirinya sukses besar dalam menggarap film horror psikologis, Get Out. Film yang tak hanya berisi adegan-adegan mengerikan namun juga mengandung isu rasial serta permainan visual imajinatif sang sutradara ini, lantas dianugerahi gelar Best Original Screenplay di ajang Oscar 2018 lalu.Â
Tak hanya itu, film yang dibuat dengan budget hanya 4,5 juta USD tersebut berhasil mendapatkan pundi-pundi luar biasa dari peredarannya di seluruh dunia, yaitu sebesar 250 juta USD.
Begitu banyaknya metafora dan alegori terhadap kondisi sosial masa kini, membuat Us juga menjadi sebuah film horror yang tak hanya memacu adrenalin, namun juga memaksa kita untuk tetap terjaga menyimak segala clue yang diberikan di sepanjang film.
Sinopsis
Santa Cruz, California, menjadi pilihan bagi keluarga Wilson untuk menikmati liburan mereka. Sang ayah, Gabe Wilson(Winston Duke), ingin menyenangkan anak-anak mereka yaitu Zora(Shahadi Wright Joseph) dan Jason(Evan Alex), dengan mengajaknya berwisata di pantai Santa Cruz yang ramai dan memiliki banyak wahana bermain.
Namun ternyata rencana tersebut tak sepenuhnya disetujui oleh sang istri, Adelaide(Lupita Nyong'o). Adelaide yang memiliki masa lalu kelam di pantai tersebut, masih merasa bahwa teror yang mendatanginya bertahun-tahun lalu, berusaha untuk kembali mengejar dirinya.
Lantas, apa yang harus mereka lakukan untuk melawan 'diri sendiri' tersebut? Apa yang diinginkan mereka dan apa yang sebenarnya terjadi pada Adelaide di pantai Santa Cruz bertahun-tahun silam?
Sajian Horror yang Solid dan Mencekam
Sejak awal Us memang menyajikan jalinan kisah yang solid. Baik kisah pendahuluan yang mengawali asal-usul teror hingga ke kisah yang berlatar masa kini, semuanya terjalin dengan sempurna tanpa meninggalkan lubang besar yang kerap terjadi pada film-film horror ataupun thriller.
Referensi film horor psikologis klasik semisal The Shining dan serial televisi bernuansa mistis Twilight Zone berpengaruh besar terhadap film ini. Hal itu juga diakui Jordan Peele yang mengaku bahwa Us terinspirasi dari salah satu episode pada serial televisi tersebut. Hanya saja, Us memang dikembangkan dengan berbagai metafora, alegori dan visual imajinatif khas Peele, sehingga membuatnya nampak lebih solid dan unik.
Mike Gioulakis yang bertanggung jawab sebagai sinematografer, semakin melengkapi kengerian film ini. Dominannya pengambilan gambar secara close up, membuat film ini tak hanya mencekam dari sisi latarnya saja, namun juga dari tiap ekspresi pemain yang tertangkap dengan sempurna.
Penampilannya kala menjadi Adelaide mampu menunjukkan dirinya yang keibuan namun juga masih menyimpan trauma masa lalu yang kelam. Sementara ketika dia berperan sebagai doppelganger atau kembarannya, Lupita mampu menampilkan sosok menyeramkan yang mengeluarkan suara mirip orang tercekik yang nampak menyeramkan. Suara tersebut nampak lucu pada awalnya, namun seiring berjalannya film, tatapan berkharisma dan penuh teror dari sang doppelganger menutup suara yang dianggap lucu pada awalnya.
Us, Horror Penuh Alegori dan Metafora
*catatan: bab ini berisi pembahasan banyak clue yang berpotensi menyebabkan spoiler. Jika anda berniat menyaksikan film ini tanpa spoiler, maka bisa berhenti membaca tulisan saya sampai disini.
Jika anda menyukai Get Out yang begitu meninggalkan banyak pesan tersirat, plot twist serta visual imajinatif, anda pasti akan menyukai film Us ini. Pasalnya, Us menawarkan lebih dari apa yang sudah disajikan pada film Get Out. Bahkan, kali ini Jordan Peele nampak lebih liar memasukkan unsur-unsur yang mengandung metafora dan alegori, baik yang terlihat maupun yang disampaikan secara tersirat.
Selain konsep parallel universe yang coba diusung oleh Jordan Peele dalam film ini, Us yang dalam bahasa Indonesia berarti "kita", dalam beberapa hal bisa menjadi sindiran bagi diri kita sendiri. Namun di beberapa hal, Us juga menjadi semacam sindiran bagi US(United States) dalam hal perwujudan mimpi Amerika yang seolah semu.
Contohnya, di awal film saja kita sudah diberikan narasi tentang lorong stasiun bawah tanah yang membentang di sepanjang Amerika. Dimana hal tersebut bisa dianggap sebagai satir atas kesenjangan sosial masyarakat kelas sosial bawah dan tentunya kulit hitam di Amerika, yang memiliki perbedaan kehidupan yang cukup jauh. Dan hal tersebut nyatanya masih terjadi hingga kini.
Hanya saja festival tersebut juga sering dianggap sebagai contoh ambisi Amerika dalam membentuk 'tembok' mereka sendiri untuk dilihat dunia. Dan tembok nyata tersebut sejatinya sudah dibuat oleh Trump di masa kini yang menjadi pemisah antara Amerika dan Mexico.Â
Kehadiran teror doppelganger pun memiliki maknanya tersendiri. Banyak yang mengatakan dan percaya apabila kita bertemu dengan doppelganger, maka itu adalah pertanda buruk dan salah satu akan/harus mati. Karena tak bisa ada 2 orang yang sama hidup di satu dunia.
Padahal seperti halnya doppelganger, ketika kita sudah berhasil berkaca atas diri kita sendiri, maka salah satu bagian diri kita harus 'mati' untuk bisa menjalani kehidupan yang lebih baik lagi. Hanya saja, pilihan kitalah yang menentukan mana yang harus 'mati'. Keadaan saat inikah atau bayangan atas dosa masa lalu yang mengikuti hari-hari kita?
Penutup
Tidak seperti horror pada umumnya, Us menyajikan sebuah kisah horror yang tak hanya menegangkan namun juga memberi banyak pesan baik yang terlihat maupun tersirat. Us jelas membawa babak baru film horror modern dimana selama ini horror hanya dikenal sebagai film yang mengumbar kekerasan dan ketakutan tanpa makna yang jelas.
Us juga membiarkan teror bergerak dengan cepat tanpa tedeng aling-aling, namun tanpa mengabaikan latar belakang yang kuat. Kepingan puzzle sedikit demi sedikit membentuk sebuah gambar penuh diakhir kisah hingga finalnya kita diberikan punchline maksimal berupa plot twist yang membuat seisi bioskop terdiam sesaat, untuk memproses semua hal yang baru saja disaksikan.
Film ini tentu saja penuh dengan referensi isu sosial yang berkembang di Amerika. Sehingga jika anda memang mengikuti segala isu yang ada disana, akan cukup mudah mencerna beberapa pesan yang ingin disampaikan. Namun jikapun anda hanya ingin menyaksikan film ini sebagai horror biasa, film ini pum mampu memberikan sajian lengkap horror, misteri dan thriller bagi anda penikmat film-film penuh adrenalin tersebut.
Us, jadi film yang saya rekomendasikan untuk ditonton minggu ini, khususnya bagi anda penggemar film horror. Namun ingat, jangan ajak anak-anak ya.
Selamat menyaksikan. Salam kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H