Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Migo e-Bike di antara Inovasi dan Tren Indisipliner dalam Berkendara

17 Februari 2019   00:39 Diperbarui: 17 Februari 2019   19:03 1576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halaman input identitas (screenshot aplikasi)

Kita juga tak perlu khawatir mengenai keamanannya. Dengan semua aktivitas pada sepeda listrik terpusat di aplikasi termasuk menyalakan mesin menggunakan scan barcode dan sepeda yang dilengkapi GPS, maka diharapkan bisa meminimalisir tindakan pencurian sepeda ini.

Kumparan.com
Kumparan.com
Dengan tarif Rp 3.000,-/30 menit dan Rp 500,-/15 menit dalam keadaan sepeda terparkir, Migo jelas menawarkan harga yang cukup terjangkau. Harga semurah tarif angkot namun lebih ramah lingkungan berkat penggunaan listrik sebagai tenaga penggeraknya juga diharapkan bisa membuat orang tertarik menggunakan moda transportasi ini. 

Lokasi station yang memang didekatkan ke pusat perbelanjaan atau daerah perumahan menjadi sebab mengapa moda transportasi ini dianggap cocok bagi rutinitas harian masyarakat. Ya untuk sekadar pergi ke pasar, minimarket atau menjemput anak sekolah rasanya masih cukup oke menggunakan Migo. Meskipun tak tertutup kemungkinan digunakan untuk berpindah ke tempat yang lebih jauh.

Apalagi bila baterai sepeda dalam keadaan terisi penuh, sepeda ini diklaim mampu menempuh jarak hingga 50 km dengan kecepatan maksimalnya di angka 40 km/Jam. Memang tidak secepat sepeda motor, hanya saja untuk jalanan di wilayah padat penduduk atau jalanan komplek perumahan misalnya, 40km/jam tentulah cukup ngebut.

Migo dan Tren Indisipliner dalam Berkendara

Tribunnews.com
Tribunnews.com

Berbicara soal kebut-kebutan, tentulah kerap terjadi di hampir semua moda transportasi darat. Begitupun dengan Migo. Kecepatannya yang memang masih cukup mumpuni untuk dibawa ngebut di jalan perkampungan atau komplek perumahan, memang sering disalahgunakan oleh para pengguna Migo.

Beberapa kali saya sering melihat para remaja laki-laki berboncengan dengan teman wanitanya kerap beradu kecepatan dengan pengguna Migo lain yang kemungkinan teman-temannya juga. Bahkan tak jarang mereka terlihat tidak mengenakan helm yang disediakan Migo. Tentu saja perilaku indisipliner dalam berkendara ini sangat membahayakan bagi dirinya sendiri dan orang lain.

Memang, Migo hanya menyediakan 1 helm per 1 motor. Namun hal tersebut seharusnya tak jadi alasan para remaja tersebut untuk tidak mengenakan helm apalagi jika mereka berposisi sebagai rider bukan penumpang.

surabaya.tribunnews.com
surabaya.tribunnews.com
Bobot sepeda listrik yang ringan serta mudahnya pengoperasian jelas menjadi salah satu sebab kenapa Migo kerap dibawa kebut-kebutan oleh para remaja yang tak bertanggung jawab. Sehingga meskipun hanya memiliki kecepatan maksimal 40km/jam, namun dengan bobot ringannya sepeda listrik tersebut masih terasa nyaman untuk dibawa ngebut.

Selain itu, faktor bahwa kendaraan yang mereka bawa bukanlah sepeda motor juga kemungkinan menyebabkan mereka menganggap enteng perilaku berkendara mereka di jalanan. Mungkin mereka merasa kalaupun ada polisi, toh mereka tidak akan ditilang karena kendaraan itu berjenis sepeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun