Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Into The Spider Verse", Berayun bersama Spider-Man Lintas Semesta

14 Desember 2018   10:33 Diperbarui: 14 Desember 2018   10:37 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai salah satu tokoh superhero komik paling populer di dunia, tak heran jika Spider-Man kemudian diangkat ke berbagai versi serial televisi, film direct to dvd hingga film layar lebar. Untuk film layar lebarnya sendiri, bahkan sudah mengalami dua kali reboot setelah kemunculan perdananya di tahun 2002 silam yang digarap oleh Sam Raimi.

Baik reboot versi Andrew Garfield maupun Tom Holland, keduanya mendapatkan review beragam baik dari kritikus, penonton reguler maupun fans garis keras. Namun rata-rata memang berpendapat bahwa Spider-Man versi live action sudah terlalu banyak versi sehingga diharapkan tidak ada versi lainnya lagi yang membawa narasi hampir sama.

Maka ketika diumumkan proyek film layar lebar Spider-Man terbaru yang digarap dalam bentuk animasi, banyak pihak yang sempat menyangsikan proyek ini namun tak sedikit juga yang antusias menyambut petualangan terbaru si manusia laba-laba tersebut. Pasalnya, proyek yang digagas Phil Lord dan Christopher Miller sejak tahun 2014 silam ini akan membawa kisah Spider-Man yang benar-benar baru dan segar. 

Kisah dimana karakter utama yang digunakan bukan lagi Peter Parker, melainkan remaja kulit hitam bernama Miles Morales yang diciptakan oleh Brian Michael Bendis dan Sarah Pichelli di tahun 2011 silam untuk kebutuhan babak baru semesta Ultimate Spider-Man.

Kisahnya pun kemudian diangkat dari serial komik Spider-Verse yang dirilis tahun 2014 silam. Dimana inti utama ceritanya mengenai munculnya Spider-Man dalam berbagai versi dari berbagai semesta yang saling terhubung. Maka dari itu, kemunculan Spider-Man: Into The Spider-Verse dianggap sebagai versi film Spider-Man paling segar,unik dan paling berani menyajikan pakem cerita superhero yang tidak biasa.

Sinopsis

denofgeek.com
denofgeek.com

Miles Morales(Shameik Moore) merupakan seorang remaja kulit hitam yang cerdas sekaligus memiliki problematika kepercayaan diri layaknya remaja akil balig pada umumnya. Kedekatannya dengan paman Aaron(Mahersala Ali) membuatnya mendapatkan banyak pelajaran termasuk kesempatan untuk mengembangkan talentanya di bidang grafitti. Dimana kegiatan graffitinya tersebut pada akhirnya menyebabkan dirinya tidak sengaja tergigit oleh laba-laba radioaktif layaknya Peter Parker di masa silam.

Miles yang di kemudian hari menyadari ada efek yang membuatnya berbeda setelah tergigit laba-laba tersebut, pada akhirnya mencoba menyesuaikan diri dengan perubahan pada tubuhnya. Sementara di tempat lain, suatu kejadian fatal yang disebabkan oleh Kingpin atau Wilson Fisk(Liev Schreiber) berhasil membuka portal multidimensi yang membawa banyak perubahan termasuk munculnya berbagai versi Spider-Man lainnya. 

Pun kematian Peter Parker(Chris Pine) pada suatu pertempuran, membuat Miles terpaksa harus menerima tanggung jawab sebagai Spider-Man baru. Tanggung jawab sebagai Spider-Man baru yang bukan hanya menjadi pahlawan penyelamat kota, namun juga menjadi pahlawan atas keberlangsungan hidup dimensi lainnya.

Ide Cerita yang Segar, Unik dan Menghibur

mashable.com
mashable.com

Yang membuat Into The Spider-Verse menjadi adaptasi kisah Spider-Man terbaik tak lain karena memiliki ide cerita yang segar, unik sekaligus menghibur. Into The Spider-Verse mencoba jujur dalam menghadirkan kisah Spider-Man yang komikal dengan memasukkan berbagai versi karakter ikoniknya.

Konsep multi semesta memang bukan hal baru di dunia komik superhero. Baik DC maupun Marvel memang memiliki konsep ini untuk mendukung berbagai versi alternatif dari kisah-kisah superhero mereka. Sehingga mereka tetap bisa berkreasi tanpa mencederai lini masa kisah utamanya. Hanya saja, konsep seperti ini memang cenderung sulit diaplikasikan ke dalam sebuah film karena berpotensi menimbulkan kebingungan khususnya di kalangan penonton awam.

Namun di film ini, dengan cerdasnya trio sutradara Bob Persichetti, Peter Ramsey dan Rodney Rothman meramu kisah multi semesta yang cukup rumit menjadi sebuah narasi yang mudah dicerna dan menyenangkan. Gaya penceritaan khas komik membuat siapapun yang menonton film ini akan mudah mengerti dan bisa menerima konsep Spider-Man lintas semesta meskipun belum pernah membaca komiknya sebelumnya.

Bahkan film ini pun menyelipkan berbagai pesan positif tentang kehidupan. Etos dan semangat kerja bisa ditemui pada gambaran Peter Parker versi usia 26 tahun. Sedangkan kemalasan dan kesalahan penerapan strategi kehidupan harus dihindari agar tidak menjadi versi Peter Parker usia 40 tahunan yang gemuk, tak memiliki semangat hidup serta gagal dalam membina hubungan dengan MJ.

Tak lupa, perpaduan komedi cringe serta slapstick yang muncul di sepanjang film, mampu membuat seisi bioskop tertawa terbahak-bahak. Apalagi komedi di film ini juga banyak menyindir film Spider-Man versi live action sebelumnya.

Visualisasi Komik yang Mengagumkan

Bbc.co.uk
Bbc.co.uk

Hal lain yang menjadi poin utama sebuah film animasi tentu saja pada jenis animasi yang digunakan. Dan film ini menggunakan pendekatan animasi yang cukup segar yaitu dengan menggabungkan CGI modern dengan sentuhan ala grafis lawas khas komik. 

Bagi yang pernah bermain gim garapan Telltale Games atau menonton film animasi Netflix berjudul White Fang, pasti akan terbiasa dengan jenis animasi seperti ini. Hanya saja, Into The Spider-Verse memang jauh lebih baik, halus dan mengagumkan.

mashable.com
mashable.com
Animasi di film ini bagaikan visualisasi hidup lembaran halaman buku komik. Bahkan di beberapa adegan yang melibatkan perkelahian atau ledakan, turut disertai bubble text seperti "Pow!","Booom","Ouch" dan sebagainya. Namun anehnya, hal-hal komikal yang ditampilkan seperti itu justru tidak terasa janggal melainkan cukup unik dan mengundang decak kagum.

Jika ternyata film ini mendulang sukses yang begitu besar, rasanya akan banyak studio film Hollywood yang akan menggunakan konsep animasi serupa. Konsep yang begitu segar dari Sony yang bisa dijadikan pakem baru dalam film animasi Hollywood di masa depan.

Berkenalan dengan Spider-Man Lintas Semesta

Selain Miles Morales sebagai Spider-Man versi baru, sejatinya terdapat beberapa karakter Spider-Man lainnya yang turut berpetualang bersama. Mereka berasal dari berbagai semesta Spider-Man yang berbeda dimana kemudian disebut sebagai Spider Totems. 

Rollingstone.com
Rollingstone.com

Pada versi komiknya, Spider Totems ini berjalan di masing-masing semestanya tanpa mengganggu jalan cerita utama Spider-Man versi Peter Parker maupun Miles Morales. Namun di beberapa serial komiknya mereka bisa saling bertemu dan membentuk grup untuk melawan musuh yang cukup kuat.

Adapun Spider Totems yang turut ditampilkan di film ini meliputi Spider-Gwen(Hailee Steinfeld) yang berasal dari Earth-65 dan merupakan alter-ego dari Gwen Stacy. Dimana di semestanya, Gwen lah yang menjadi superhero sementara Peter Parker menjadi  manusia biasa.

Kemudian ada Spider-Noir(Nicholas Cage) yang merupakan alter-ego Peter Parker dengan pendekatan lebih gelap. Dimana Spider Noir ini hidup di tahun 1933 dengan Nazi sebagai musuh utamanya.

Digg.com
Digg.com
Spider-Ham atau Peter Porker (John Mulaney) yang merupakan parodi Spider-Man dalam bentuk hewan yang mirip seperti babi, juga turut ditampilkan di film ini. Spider-Ham yang merupakan karakter ciptaan Tom DeFalco dan Mark Armstrong ini, dikisahkan hidup dalam semesta antropomorfik yang sangat berbeda dengan semesta Spider-Man lainnya.

Yang terakhir merupakan karakter anime bernama Peni Parker(Kimiko Glenn) yang sepeninggal ayahnya kemudian menggantikan perjuangannya bersama robot laba-laba rakasasanya. Peni Parker berasal dari Earth-4.

Sebenarnya ada satu lagi Spider Totems yang ditampilkan. Hanya saja silakan menyaksikannya sendiri di post credit scene. Spider Totems tersebut nampaknya memang dipersiapkan untuk kemungkinan sekuel film ini di masa depan.

Sebuah Film Superhero yang Jujur dan Setia pada Pakem Aslinya

Collider.com
Collider.com

Selain deretan pengisi suara yang luar biasa, musik latar yang menggugah serta visualisasi yang mengagumkan, hal lain yang membuat film ini menarik adalah ceritanya yang jujur dan dirindukan para penggemar superhero. Layaknya Aquaman yang beberapa waktu lalu menyita perhatian publik berkat kisahnya yang setia pada pakem komiknya, Into The Spider Verse pun juga melakukan hal yang sama. 

Sisi komikal khas Spider-Man menjadi poin penting yang disampaikan dengan jujur tanpa harus mengorbankan kisahnya agar nampak membumi ataupun relevan dengan kondisi dunia nyata. Terkadang film superhero memang tidak perlu dibuat terlalu membumi agar esensi superhero komik yang tidak masuk akal namun menggugah imajinasi serta melawan segala hukum alam yang ada, tetap terjaga kelestariannya.

Film Superhero yang Membuatmu Nyaman dan Gembira

Vulture.com
Vulture.com

Tak bisa dipungkiri, tone warna yang digunakan film ini memang sedikit banyak mempengaruhi mood menonton. Tone warna yang digunakan cenderung cerah namun tidak mengganggu, sehingga perasaan bahagia dan ceria ikut terbawa ketika menyaksikan film ini. 

Agak susah menjelaskan hal ini. Namun jika harus disederhanakan mengenai gambaran perasaan menyenangkannya menonton film ini, mungkin bisa disamakan seperti ketika kita menyaksikan petualangan Ralph di dunia internet ataupun Film Disney klasik seperti Lion King dan Mary Poppins. Ceria dan menggugah imajinasi bahkan tak  jarang membuka diskusi baru setelah menonton.

Penutup

Polygon.com
Polygon.com

Tidak berlebihan tentunya jika kemudian saya menyebut film ini sebagai film animasi terbaik tahun ini. Bahkan tak berlebihan juga bila menyebut film ini sebagai film superhero terbaik tahun ini.

Kisah komik yang disampaikan dengan jujur, ceria serta ditampilkan dalam suguhan visualisasi yang megah dan menyenangkan menyebabkan film ini tampil nyaris sempurna. Kisah multiverse yang rumit namun disampaikan dengan narasi sederhana juga menjadi poin positif film ini.

Maka dari itu, film ini memang menghadirkan kembali pengalaman menyenangkan menonton film superhero yang memang sudah jarang kita rasakan akhir-akhir ini. Superhero yang akhir-akhir ini "dipaksa" tampil relevan justru membawa konsep superhero ke ranah yang lebih kelam dan mencekam dengan mengabaikan unsur fun dari kisah-kisah tak masuk akalnya itu sendiri.

Tontonlah bersama rekan atau keluarga dan rasakan petualangan seru Miles Morales dan Peter Parker dalam menyelamatkan eksistensi multiverse Spider-Man. Tak lupa, kehadiran Stan Lee sebagai cameo pasti akan membuat anda terharu dan bernostalgia.

Spider-Man: Into The Spider-Verse mulai tayang hari ini, 14 Desember 2018.

Selamat menonton, Salam Kompasiana !


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun