Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Widows", Intrik Politik dan Perlawanan Terhadap Stereotip Janda

1 Desember 2018   09:15 Diperbarui: 2 Desember 2018   09:04 1492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Viola Davis dan Liam Neeson (independent.ie)

Janda Carlos, Linda (Michelle Rodriguez), janda Florek, Alice (Elizabeth Debicki) serta dibantu oleh Belle (Cynthia Erivo) sebagai supir mereka, kemudian bergabung bersama Veronica untuk menjalankan sebuah rencana perampokan. 

Para janda yang tidak memiliki pengalaman merampok ini pada akhirnya menuntun mereka pada banyak kejadian yang tak terduga. Kejadian yang pada akhirnya membuka mata Veronica dan janda lainnya terkait fakta dibalik aksi perampokan yang dilakukan suami mereka.

Film Perampokan dengan Unsur Drama yang Kuat

variety.com
variety.com
Meskipun dikategorikan sebagai heist movie atau film bertema perampokan, sejatinya Widows menawarkan lebih dari sekedar aksi perampokan dahsyat khas film-film aksi Hollywood.

Steve McQueen melakukan pendekatan yang lebih mendalam pada unsur dramanya dibanding adegan aksi penuh ledakan. Dengan cerdas McQueen meramu sisi emosional para janda menjadi rangkaian kejadian yang menguatkan alasan mereka untuk melakukan aksi perampokan yang sebelumnya tak pernah mereka lakukan atau pikirkan.

Pembuka film yang dimulai dari adegan romantis antara Veronica dan Harry yang kemudian saling berpotongan/intercut dengan adegan kejar-kejaran antara polisi dan komplotan Harry, menjadi sebuah adegan singkat nan emosional yang mampu menjadi penjelasan yang cukup untuk menggambarkan bagaimana saling mengasihinya mereka berdua.

Pun pada adegan intercut lain yang menggambarkan si cantik Alice dengan suami kasarnya atau Linda dengan kehidupan wiraswasta bersama suaminya yang nampak harmonis, sudah cukup menjadi dasar kisah yang bisa ikut diselami bersama penonton film ini.

Dengan kata lain, film ini membiarkan penontonnya untuk ikut masuk ke dalam kisah penuh intrik dan emosi sebelum benar-benar disajikan konklusi utama di akhir cerita. Mirip dengan apa yang dilakukan McQueen pada 12 Years a Slave 5 tahun lalu.

Isu Rasial, Intrik Politik dan Kritikan Stereotip Janda di Sepanjang Film

Sumber ilustrasi: thewrap.com
Sumber ilustrasi: thewrap.com
Tak hanya sajian drama yang kuat, film ini juga menyajikan banyak kritikan yang cukup cerdas di sepanjang film. Janda yang selama ini memiliki stereotip negatif seperti wanita lemah, wanita yang hanya bisa mengandalkan pria, bahkan menjadi simbol wanita kesepian dan haus akan hubungan seksual, coba ditepis pada film Widows ini. 

Veronica yang percaya bahwa misi perampokan yang dilakukan para janda ini tidak akan dicurigai kepolisian karena mereka wanita, menjadi sebuah sindirian halus terkait stigma bahwa wanita tidak mungkin melakukan pekerjaan yang selama ini identik dengan laki-laki. Pun Alice yang coba melawan karena kerap menjadi korban KDRT dari suami bahkan mendapatkan "wejangan" untuk menjual diri oleh ibu kandungnya sendiri sepeninggal suaminya, menjadi realita yang diangkat terkait kondisi lemah janda atau wanita yang kemudian kerap dimanfaatkan tubuhnya saja.

Penggunaan latar kota Chicago yang menggantikan London pada serial aslinya pun merupakan sebuah kritikan sosial terkait kehidupan politik Amerika. Seperti kita tahu Chicago-Style Politics merupakan frasa negatif yang dikenal dunia terkait maraknya aksi KKN di kota Chicago yang marak terjadi sejak tahun 1920 bahkan hingga kini. 

Bahkan frasa ini pun sempat digunakan oposisi untuk menyerang Barrack Obama di pemilu 2008 dan 2012 lalu, dimana Obama diketahui hidup di kota Chicago sejak tahun 1985 dan dipercaya ikut membawa gaya politik korup tersebut ke gedung putih.

Sumber: residententertainment.com.au
Sumber: residententertainment.com.au
Dan isu politik yang panas itu pun muncul dalam diri dua kandidat dewan kota yang sedang bertarung yaitu Jack Mulligan (Colin Farrel) dan Jamal Manning (Brian Tyree Henry), dimana dengan senyapnya para janda turut masuk ke dalam lingkar perpolitikan tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun