Lebih Intim dengan Coldplay lewat Dokumenter "A Head Full of Dreams"

Kebetulan semalam penulis mendapatkan jadwal nonton paling akhir yaitu pukul 21.25 dan ternyata satu studio full house, luar biasa. Jam-jam sebelumnya pun terlihat penuh terisi di hampir semua bioskop baik CGV maupun Cinemaxx yang kedapatan jatah menayangkan film tersebut. 

Pesona Coldplay dan Chris Martin lah yang jelas membuat film ini begitu dinanti. Apalagi ini merupakan dokumenter pertama Coldplay setelah sebelum-sebelumnya Chris Martin tidak pernah suka dengan ide film dokumenter.

Nah, berikut akan coba dibahas beberapa hal menarik di film ini yang tentunya bisa masuk ke dalam list film dokumenter wajib tonton. Apalagi jika anda mengaku sebagai fans berat Coldplay, tidak menonton film ini berarti sebuah pelanggaran ,heuheu.

Dari Kamar Asrama ke Panggung Spektakuler

Spin.com

Perjalanan Coldplay menapaki tangga kesuksesan tentu tidaklah semudah yang dibayangkan. Butuh perjuangan keras dan waktu yang lama untuk mewujudkan Yellow, Fix You, atau Viva La Vida bertengger di tangga teratas musik dunia. Juga Parachutes dan A Rush of Blood to the Head diakui sebagai salah satu album terbaik di dunia.

Di film ini, perjalanan Coldplay yang dimulai dari kamar asrama University of London College(UCL) turut disertakan dalam beberapa montase lawas. Bagaimana pertemuan Chris Martin dengan gitaris Jonny Buckland pada akhirnya membentuk band Pectoralz. Kemudian basis Guy Berryman masuk dan mengganti nama band nya menjadi Starfish. 

Lalu drummer Will Champion melengkapi formasi akhir beserta Phil Harvey yang berperan sebagai manajer dan creative director, yang juga disebut sebagai member kelima band ini. Semuanya kemudian bekerjasama mewujudkan impian membentuk band yang kelak dianugerahi segudang prestasi.

Film ini tidak menyajikan sebuah cerita yang urut misalnya kisah yang dimulai dari titik awal karir hingga menjadi superstar. Namun film ini menggabungkan montase lawas dengan rekaman konser terbaru mereka secara acak dan melompat-lompat. Rekaman kisah-kisah masa lalu merekapun tidak selalu diceritakan sesuai lagu atau bahasan pada voice over di sepanjang film. 

Kadang antara voice over dan video yang ditampilkan tampak tidak nyambung. Tapi disitulah keunikannya, karena penonton diajak untuk intim dengan kehidupan Coldplay melalui obrolan-obrolan ringan dan tingkah laku absurd para personilnya alih-alih memfokuskan diri pada cerita yang urut.

Bukan Dokumenter, Ini Catatan Harian

Stereogum.com

Menyaksikan A Head Full of Dreams bisa dibilang bukan hanya menyaksikan sajian film dokumenter. Ini lebih dari sebuah dokumenter, ini lebih intim layaknya sebuah catatan harian perjalanan Coldplay sepanjang 20 tahun yang diberikan secara terbuka kepada penggemarnya.

Seperti yang Chris Martin katakan bahwa dia tidak mau film ini fokus pada personilnya, namun dia mau film ini menceritakan Coldplay secara keseluruhan dengan lagu-lagu menjadi sisi penguat cerita. 

Dan nampaknya hal tersebut berhasil diaplikasikan pada film ini. Baik fans maupun bukan, A Head Full of Dreams berhasil membuat kagum karena menyajikan sebuah catatan yang bukan hanya inspiratif namun juga sebagai warisan yang berguna bagi generasi-generasi mendatang.