"Create your own visual style... let it be unique for yourself and yet identifiable for others"-Orson Welles
Bagi para penggemar film klasik juga para pegiat industri film, tentu tidak akan asing dengan nama sutradara Orson Welles. Macbeth (1948), Othello (1951), Citizen Kane (1941), The Stranger (1946) dan Touch of Evil (1958), merupakan segelintir contoh karya jeniusnya. Dua film terakhir kebetulan sudah pernah ditonton penulis dan memang kualitasnya sangat baik dan cukup visioner untuk film yang diproduksi di era tersebut.Â
Selain sutradara, Welles juga kerap menjadi aktor dalam film-filmnya sendiri. Juga menjadi aktor diluar filmnya sendiri seperti pada film Waterloo, Necromancy dan pengisi suara Unicron pada film animasi Transformers:The Movie.
Orson Welles juga gemar memulai cerita pada film garapannya dengan kematian. Citizen Kane misalnya, memulai cerita setelah adanya tragedi kematian seorang pemilik perusahaan penerbitan yang akhirnya mendorong seorang jurnalis mencari tahu maksud dari kata-kata terakhirnya.
Touch of Evil memulai kisahnya setelah adanya kematian kontraktor Amerika akibat ledakan pada mobilnya di perbatasan Amerika-Meksiko.
Sedangkan pada The Stranger, meskipun kematian tidak disebutkan di awal, namun kematian seorang mata-mata yang ditugaskan melacak buronan Nazi itulah menjadi inti dari segala konflik yang terjadi di sepanjang film.
![Brighlightsfilm.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/11/12/13-08-19-images-5be9195243322f0a441515fc.jpg?t=o&v=770)
Dari mulai adegan mobil terparkir, hingga berjalan menyusuri kota dan berpindah fokus ke tokoh utama yang sedang berbulan madu, semuanya dilakukan dengan teknik single take tanpa cut. Touch of Evil tentu menjadi pelopor single take yang kelak diaplikasikan pada film Birdman(single takenya lebih lama), yang pada akhirnya juga mengantar Birdman meraih Best Picture Oscar di tahun 2015.
![Orson Welles diapit John Huston dan Peter Bogdanovich (indiewire.com)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/11/12/13-02-58-the-other-side-of-the-wind-5be9195aaeebe12ae7259683.jpg?t=o&v=770)
Sepulangnya dari Eropa sejatinya Orson Welles kembali memiliki film yang menjadi perbincangan banyak kalangan. Bukan hanya soal kualitas, visionernya tema film dan cerita yang menyindir Hollywood, namun juga jangka waktu produksinya yang luar biasa panjang. Ya, film terakhir Orson Welles ini butuh 48 tahun proses produksi hingga rilisnya.
Another Side of The Wind
Banyak hal yang membuat film ini tidak bisa diselesaikan seperti kurangnya dana, unsur politis di industri film kala itu, hingga ketidakmampuan sutradara lain untuk menyelami apa yang sebenarnya ingin disampaikan Orson Welles lewat film tersebut. Kejeniusan Orson Welles membuat film ini terabaikan karena tak bisa diolah siapapun selain dirinya sendiri.
![Oja Kodar sebagai the actress (brightlightsfilm.com)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/11/12/13-14-57-4-24-15-welles-oja-osow-5be91a5412ae94028d199cc5.jpg?t=o&v=770)
Dibantu catatan Welles sendiri, lalu anak kandung Welles yaitu Beatrice Welles, kemudian Peter Bogdanovich dan Frank Marshall, film tersebut pun diselesaikan di bulan April 2018. Oja Kodar sendiri bertindak sebagai asisten penulis dari Orson Welles di credit title film ini.
Film ini kemudian secara perdana ditayangkan di Venice Film Festival pada 31 Agustus 2018, kemudian di beberapa bioskop AS dan Netflix di akhir Oktober 2018.
Film ini sendiri memiliki tema yang sangat unik dan ambisius karena memiliki dua film berbeda di dalamnya. Yang pertama merupakan film utama yang menceritakan tokoh Jake Hannaford dengan tampilan ala dokumenter atau mockumentary hitam putih, serta film milik Jake Hannaford sendiri yang ditayangkan dalam adegan berbeda dan berwarna. Jadi semacam ada film dalam film.
Sinopsis
Mengambil latar pesta ulang tahun ke-70 Hannaford di rumahnya, filmnya pun kemudian dipamerkan ke para investor dan pegiat industri film. Film yang dikerjakannya merupakan film seni yang menampilkan cerita absurd serta ketelanjangan di sepanjang film serta tidak memiliki dialog.
Namun dalam prosesnya, Hannaford justru memiliki fakta baru yang terungkap di depan para tamunya. Dimana pengakuan dan sikap absurdnya membuat dia ditinggalkan dan tentu saja, menemui ajal.
Produksi yang Terhambat
Film ini juga menggunakan sebagian besar dana milik Orson Welles sendiri. Hal itulah yang menyebabkannya kesulitan dana hingga harus turun kembali menjadi aktor di luar filmnya demi mendapat honor yang nantinya bisa digunakan untuk membiayai filmnya hingga selesai. Sayangnya hal itu tidak benar-benar bisa terwujud hingga ajal menjemput.
Cerminan Kehidupan Orson Welles dan Mencemooh Film Art ala Eropa
![Michelangelo Antonioni (guardian.com)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/11/12/13-20-32-images-5be91cd9aeebe175d679fd68.jpg?t=o&v=770)
Selain itu, The Other Side of The Wind nampak menjadi cerminan dari kehidupan Orson Welles itu sendiri. Meskipun hal tersebut dibantah olehnya, namun tak bisa dipungkiri terdapat beberapa detail pada film yang nampak seperti Welles di kehidupan nyata.Â
Karakter seorang sutradara terkenal yang kesulitan menyelesaikan film karena kurang dana, sutradara yang butuh film baru untuk memperbaiki reputasinya, serta sutradara yang tidak pernah menyelesaikan film karena kematiannya, merupakan 3 poin yang menyerupai Welles di dunia nyata.
Entah kebetulan atau ini memang merupakan titik tertinggi kejeniusan Welles yang meleburkan kehidupan nyatanya dengan kehidupan dalam film, yang pasti The Other Side of the Wind merupakan proyek ambisius Welles yang tidak bisa ditiru siapapun setidaknya sampai dengan hari ini.
Satu Paket dengan Film Dokumenter
Karena tak bisa dipungkiri, potongan film yang tak lengkap serta perpindahan adegan antara film utama dan film dalam film, cukup sulit dicerna bagi siapapun yang mencoba menonton tanpa ada guidance. Selain itu dokumenter ini juga blak-blakan dalam menyajikan latar belakang Welles memproduksi film ini.
Jadi, memang harus sepaket dalam menikmati karya terakhir Orson Welles ini.
Masterpiece Bagi Para Penggemar Lama dan Baru
Bagi para penggemar baru, film ini sukses membuat penasaran untuk menyaksikan karya Welles lainnya. Sajian filosofis dan kekuatan bercerita pada setiap filmnya, tentu akan menjadi faktor utama untuk mencari karya-karya Welles lainnya.
Penutup
![Thefilmstage.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/11/12/13-26-12-the-other-side-of-the-wind-620x355-5be91d9e43322f0a441515fe.png?t=o&v=770)
![Gary Graver (KGBfilma.blogspot.com)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/11/12/13-28-14-images-5be91d6b12ae941526472513.jpg?t=o&v=770)
Sayang, faktor usia lah yang memisahkan Gary beserta deretan kru lainnya dengan dunia ini dan tentu saja tidak berkesempatan menyaksikan hasil akhir film ini.
Pun kehadiran dialog filosofis, penokohan kuat dan narasi yang cukup absurd pada adegan film dalam film, semakin menegaskan kejeniusan Welles dalam memproduksi film serta ciri khas yang tetap dipegangnya. Persis seperti quotes nya yang ditulis di awal tulisan ini.Â
Bahkan, bukan tidak mungkin, di gelaran Oscar tahun depan film ini bakal mendapat apresiasinya sendiri.
Seperti hobi Welles memulai kisah film sejak adanya tragedi kematian, The Other Side of the Wind juga menyajikan kisah yang kuat dibalik sebuah kematian. Yang sayangnya kali ini merupakan kematian si pembuat ceritanya sendiri.
"Siapa tahu, mungkin kau bersikeras menatap suatu hal hingga kebajikan dan hidup terperas hingga kering. Kau merekam tempat indah dan orang-orang cantik. Semua lelaki dan perempuan. Hanya untuk merekam kematiannya"-Orson Welles.
Tulisan ini tentu jauh dari kata lengkap karena hanya berdasarkan sudut pandang saya dalam menonton.
Selain itu materi film ini juga memungkinkan multi tafsir berkat banyaknya pesan tersirat dari almarhum Welles yang dimasukkan ke dalam film. Membahas film ini secara detail jelas akan memakan banyak halaman.
Sehingga film ini memang tipikal film yang tak akan habis dibahas dan dijadikan bahan diskusi. So, jika ingin membaca perihal film ini secara rinci, bisa dicoba pada link berikut ; 1 dan 2, juga sajian dokumenternya.
Selamat berpetualang dalam dunia film Orson Welles. Salam Kompasiana